Setelah setahun belakangan ini Israel-Yordania terlibat "perang dingin", hubungan keduanya nampaknya akan menghangat kembali setelah kunjungan mendadak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Yordania. Raja Yordania, Raja Abdullahn menyambut kedatanyang Netanyahu di istananya di Amman, Selasa (28/7).
Netanyahu terakhir berkunjung ke ibukota Yordania pada bulan Mei tahun 2009. Sejak itu, komunikasi antara Netanyahu dan Raja Abdullah hanya dilakukan lewat telepon dan para staff masing-masing jarang melakukan kontak.
Keraguan Raja Abdullah atas kesungguhan Netanyahu dalam proses perdamaian Israel-Palestina serta berbagai aksi kekerasan Israel di Palestina, membuat hubungan Tel Aviv-Amman jadi kurang harmonis.
Tapi tiba-tiba, Netanyahu "terbang" ke Amman dan melakukan pembicaraan dengan Raja Abdullah. Tidak tanggung-tanggung, kunjungan Netanyahu yang terkesan dirahasiakan itu, mengikutsertakan Kepala Badan Intelijen Israel Mossad, Meir Dagan, Penasehat Keamanan Nasional Uzi Arad dan Sekretaris bidang kemiliteran Yohanan Locker. Usai melakukan pembicaraan, Netanyahu dalam keterangannya bahkan sesumbar bahwa Raja Abdullah percaya atas kesungguhan Israel dalam proses perdamaian Israel-Palestina.
Bukan tanpa sebab Raja Abdullah mau menerima kehadiran Netanyahu di istananya. Sumber-sumber di Israel mengatakan bahwa ada peran AS di belakangnya. Presiden Barack Obama, ditengarai telah menelpon Raja Abdullah secara pribadi hari Jumat pekan lalu, dan menekan Raja Abdullah agar mau melakukan pertemuan dengan Netanyahu.
Setelah pembicaraan telepon itu, Meir Dagan langsung menyusun rencana kunjungan Netanyahu secara diam-diam ke Amman. Hanya beberapa menteri senior Israel yang tahu kunjungan tersebut, bahkan kedutaan besar Israel di Yordania baru tahu Perdana Menterinya berkunjung ke Amman setelah melihat berita di televisi.
Sebuah kunjungan singkat yang hanya berlangsung selama empat jam. Netanyahu baru memberikan keterangan soal kunjungannya ke Amman setelah kembali ke Yerusalem. Dalam kerangan persnya, Netanyahu mengatakan bahwa pertemuannya dengan Raja Abdullah membahas tentang rencana dialog langsung antara Israel dan Otoritas Palestina. Bagi Israel, Yordania adalah kunci penting untuk meyakinan Otoritas Palestina agar mau membuka dialog baru secara langsung dengan Israel. Netanyahu sama sekali tidak menyinggung bagaimana sikap Yordania soal Yerusalem Timur atau masalah pemukiman ilegal Israel.
Apa yang diungkapkan Netanyahu usai pertemuan dengan Raja Abdullah, berbeda dengan kesan yang diberikan Raja Abdullah selama ini terhadap Israel. Pada London Times, Raja Abdullah pernah mengatakan bahwa tiga bulan "bekerjasama" dengan Netanyahu merupakan masa-masa yang paling tidak menyenangkan selama 10 tahun sejak ia naik tahta menjadi Raja Yordania pada tahun 1999. (ln/hrz)