Dibalik Tragedi USS Liberty, Konspirasi AS-Israel

Insiden serangan terhadap kapal pengintai AS USS Liberty yang terjadi tanggal 8 Juni 1967 kembali menjadi buah bibir di AS setelah sejumlah awak kapal yang selamat mengatakan bahwa kapal itu sebenarnya diserang oleh pesawat-pesawat tempur Israel. Pengakuan dari para awak kapal yang selamat membuat peristiwa ini kembali menjadi buah bibir di AS yang selama bertahun-tahun memetieskan kasus ini.

Para awak kapal yang selamat itu berkumpul di Washington hari Senin kemarin, untuk memperingati 42 tahun serangan tersebut. Mereka menceritakan bagaimana pesawat-pesawat tempur dan kapal-kapal laut Israel yang bersenjatakan torpedo membombardir USS Liberty yang ketika itu sedang bertugas di perairan internasional Semenanjung Sinai.

Serangan yang terjadi selama hampir dua jam itu menyebabkan 34 pelaut AS tewas dan 173 orang awak kapal luka-luka. Sementara USS Liberty rusak berat dan hampir tenggelam. Pesawat tempur dan kapal perang Israel tetap menggempur USS Liberty meski di kapal itu jelas terlihat tanda bahwa kapal tersebut milik AS. Israel menyebut insiden itu sebagai insiden "salah sasaran". . Meski bukti-bukti tidak menguatkan dalih "salah identifikasi" yang diajukan Israel, Presiden AS yang ketika itu dijabat oleh Lyndon Johnson menerima klaim Israel dan memerintahkan agar investigasi atas insiden "teman menyerang teman" itu dibatalkan.

"Ini hanya kasus kekeliruan identitas saja, tentu saja saya prihatin dengan para awak dan kapal yang tenggelam, tapi kita tidak akan mempermalukan sekutu kita," kata Johnson ketika itu di tengah desakan agar insiden itu dibawa ke Kongres untuk menentukan sikap AS terhadap serangan Israel itu.

Namun salah seorang awak USS Liberty yang selamat, Rick Almett mengungkapkan bahwa pemerintah AS dan Israel berkonspirasi dalam kasus ini. "Ada konspirasi antara pemerintah kita dan Israel. Itulah sebabnya mengapa mereka tidak pernah mengusut insiden itu dan investigasinya ditutup-tutupi, karena Israel adalah sekutu AS," kata Almett.

Dalam wawancara terpisah, awak kapal lainnya yang selamat bernama Jim Smith mengatakan bahwa ada unsur kesengajaan dalam insiden serangan tersebut. "Israel sengaja membombardir untuk menenggelamkan kapal itu dengan segala cara dan berupaya agar tidak ada korban yang selamat," ungkap Smith.

Pengakuan kedua awak kapal itu dikuatkan oleh pernyataan Earnie Gallo, ketua asosiasi veteran USS Liberty. Ia mengatakan bahwa Israel sengaja mendisain serangan terhadap USS Liberty agar bisa melakukan agresi ke Dataran Tinggi Golan. Saat insiden USS Liberty ini terjadi, Israel sedang terlibat perang dengan negara-negara Arab sementara AS sedang sibuk dengan perangnya di Vietnam.

Menyusul tragedi USS Liberty, pada tahun 2003 sebuah komite independen yang beranggotakan sejumlah pensiunan pejabat tinggi militer AS dan seorang mantan dubes AS untuk pasukan gabungan di Timur Tengah melakukan penyelidikan. Sementara Kongres AS tetap menolak desakan agar dilakukan penyelidikan lebih mendalam atas insiden serangan USS Liberty dan menolak fakta-fakta yang diajukan terkait insiden tersebut.

Menurut pengakuan sejumlah mantan pejabat militer dan politisi di AS, mereka diperintahkan untuk tidak membahas lagi kontroversi seputar tragedi USS Liberty. "Kami diperingatkan untuk tidak membicarakan kasus ini lagi, begitu juga orang-orang yang terlibat dalam insiden itu, diingatkan untuk tetap bungkam," kata mantan pejabat angkatan laut AS, Laksamana Issac C. Kidd. (ln/prtv)