Merasa Dipermalukan, AS Kecam Israel

Pengumuman Israel tentang rencana pembangunan pemukiman baru di Yerusalem membuat sekutunya, AS merasa dipermalukan. Kepala penasehat bidang politik Presiden Barack Obama, David Exelrod menyatakan timing pengumuman itu tidak tepat karena Wakil Presiden AS, Joe Biden baru saja berkunjung ke Israel.

Exelrod menilai pengumuman rencana pembangunan pemukiman baru itu sebagai "penghinaan" terhadap AS. "Ini merupakan penghinaan dan yang paling penting pengumuman itu telah merongrong upaya untuk menciptakan perdamaian di kawasan, yang selama ini kondisinya sudah sangat rapuh," kata Exelrod.

Pernyataan keras Exelrod langsung direspon oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan perintah penyelidikan terhadap para pejabat pemerintahan Israel yang telah mengeluarkan pengumuman tentang rencana Israel membangun 1.600 unit rumah baru untuk pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur (Al-Quds).

AS merasa kehilangan muka, karena pengumuman itu keluar saat wakil presidennya masih berada di Israel untuk membicarakan upaya menghidupkan kembali negosiasi perdamaian Israel-Palestina. Pasalnya, masalah pemukiman ilegal Yahudi menjadi salah satu isu penting yang menyebabkan buntunya proses negosiasi Israel-Palestina yang pernah berlangsung. Pihak Palestina menolak untuk melanjutkan negosiasi karena Israel terus melakukan ekspansi di Yerusalem Timur. Israel menggusur rumah-rumah warga Palestina di wilayah itu untuk membangun pemukiman baru orang-orang Yahudi.

Netanyahu menyampaikan permohonan maaf pada AS atas ketelodoran pejabatnya, tapi tidak dengan tegas menyatakan bahwa ia akan membatalkan rencana pembangunan pemukiman itu. Dan AS nampaknya sudah cukup puas dengan pernyataan maaf Netanyahu. Ini tersirat dari pernyataan juru bicara Gedung Putih Robert Gibss yang mengatakan bahwa permohonaan maaf Netanyahu merupakan "awal yang baik" untuk membuka kembali dialog dan proses perdamaian.

Rencana Israel membangun pemukiman-pemukiman baru di Yerusalem Timur merupakan tindakan yang provokatif karena ketegangan-ketegangan antara Israel dan warga Palestina di Tepi Barat salah satunya dipicu oleh tindakan semena-mena rezim Zionis yang merampas dan menghancurkan rumah-rumah warga Palestina untuk keperluan pembangunan pemukiman Yahudi.

Rakyat Palestina dengan kekuatan sendiri melakukan perlawanan terhadap Israel yang memang berambisi untuk mewujudukan "yahudisasi" di seluruh Yerusalem utamanya kota Al-Quds. Israel dengan berbagai cara berusaha melenyapkan identitas keislaman Yerusalem Timur termasuk melakukan pembersihan etnis Palestina di wilayah itu, sementara dunia internasional cenderung bersikap diam melihat pelanggaran yang dilakukan rezim Zionis itu.

Meski dari luar seakan-akan terlihat bahwa Israel-AS sedang dilanda ketegangan, namun sejumlah analis di Israel berpendapat bahwa "krisis" itu tidak akan merenggangkan hubungan AS-Israel. Menurut pengamat dari Chatham House, Yossi Meckelberg, Netanyahu berusaha mengikuti permainan AS demi menjaga kelanggengan kekuasaannya dan agar tetap mendapat dukungan penuh dari AS. Karena pada dasarnya, AS sendiri setengah hati dalam masalah pemukiman ilegal Yahudi. Apapun yang dilakukan Israel, AS tetap berpihak pada sekutunya itu. (ln/aljz)