Dongkol Sama Erdogan, Macron Tarik Dubesnya Dari Turki

Macron pada bulan ini memang menggambarkan Islam sebagai agama “dalam krisis” di seluruh dunia. Dan mengatakan bahwa pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada Desember mendatang, untuk memperkuat undang-undang 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Di balik bencana

Keretakan baru lainnya antara kedua pemimpin itu terjadi di Nagorno-Karabakh – wilayah etnis mayoritas Armenia yang memisahkan dari Azerbaijan, yang telah mendeklarasikan kemerdekaan ketika Uni Soviet runtuh. Konflik itu sebenarnya juga telah memicu perang di awal 1990-an yang merenggut 30 ribu jiwa.

Turki sangat mendukung Azerbaijan dalam konflik tersebut. Namun demikian, pihaknya membantah tuduhan Macron bahwa Ankara telah mengirim ratusan pejuang milisi Suriah untuk membantu Azerbaijan.

Sebaliknya, Erdogan pada Sabtu kemarin juga menuduh Prancis – yang bersama dengan Rusia dan Amerika Serikat menjadi ketua bersama Kelompok Minsk dan bertugas menyelesaikan konflik, malah berada di balik bencana dan pendudukan di Azerbaijan.

Dia juga mengulangi klaim sebelumnya bahwa Prancis, memihak pada komunitas Armenia yang kuat, dan mempersenjatai Yerevan. ‘’Anda pikir Anda akan memulihkan perdamaian dengan senjata yang dikirim ke orang Armenia. Anda tidak akan pernah bisa karena Anda tidak jujur.” ungkapnya.(rol)