Drama Segitiga Pakistan, AS dan Taliban

Pakistan adalah sekutu besar AS dan NATO. David Kilcullen, konsultan terorisme Gedung Putih sudah memprediksikan bahwa umur Pakistan hanya tinggal sekitar enam bulan lebih dari April 2009 ini. Setelah itu, kemungkinan besar negara ini kolaps (ambruk).

Komado Pasukan Gabungan AS memperingatkan bahwa kejatuhan Pakistan akan terjadi dalam waktu yang singkat dan terjadi sekonyong-konyong. Bodohnya, Pakistan menelan prediksi serampangan itu mentah-mentah, hingga tak heran kalau Pakistan berusaha keras agar menjadi relasi AS yang bisa dipercaya.

Ironisnya, "penghambaan" Pakistan ditolak mentah-mentah pula oleh AS. AS meragukan komitmen Pakistan secara terang-terangan. AS menyebut militer dan intelijen Pakistan mempunyai masalah besar dalam soal ideologinya. Sebaliknya As menginginkan rakyat Pakistan percaya bahwa AS di negara itu tengah menolon mereka.

Sekarang, posisi rakyat Pakistan menjadi sangat dilematis. Jelas, mereka tak pernah percaya pada kekuatan asing AS dan NATO, tetapi mereka juga sama sekali tak pernah bisa mengandalkan pemerintahannya.

Yang paling diinginkan oleh rakyat Pakistan sekarang adalah bahwa AS mau mendengarkan mereka. AS tampaknya tidak pernah ingin mendengarkan apa yang harus mereka dengarkan, tetapi negara adidaya yang sedang tertimpa krisis ini hanya mendengarkan apa yang mereka inginkan saja. Hillary Clinton, dalam kunjungannya ke negara itu beberapa waktu lalu gamblang mengatakan bahwa kebijakan AS memayungi kondisi pemerintahan Pakistan sekarang ini.

Dengan kedatangan AS dan NATO sekarang ini, prediksi Kilcullen bukan tidak mungkin akan jadi kenyataan. Karena kehadiran mereka lah, stabiliasi politik, sipil, dan militer begitu rawan. Aroma chaos sudah mulai tercium. Campur tangan AS dan NATO di negara itu hanya membuat segalanya menjadi ricuh, walaupun pemerintahan Pakistan pun punya andil besar, karena sepertinya mereka sama sekali tidak memikirkan nasib rakyatnya.

Kedatangan Taliban, dan diterimanya kelompok pejuang itu, jelas membuat mereka semakin terancam, karena rakyat Pakistan mempunyai satu opsi yang lebih baik dibandingkan dengan AS atau NATO atau pun pemerintahan mereka sendiri. AS sudah melihat celah bahwa ada kemungkinan rakyat Pakistan melakukan kudeta, dimulai dengan diberlakukannya Syariah di kawasan Swat Valley. AS sekarang tengah menyensus rakyat Pakistan satu per satu untuk menjaga kemungkinan ini agar tidak terjadi.

Jika pemerintah Pakistan masih punya harga diri, maka yang dilakukan AS dan sekarang ini benar-benar membuat mereka berdarah-darah dan terhina sebagai suatu negara. Rakyat memercayakan sebagian wilayahnya kepada Taliban, sedangkan sebagian lagi diambil alih kendali secara paksa oleh AS dan NATO. Tak ada tempat untuk pemerintahannya.

Disetir oleh ketakutannya itu, dan juga terlalu berharap kepada AS, Pakistan terjebak dalam kepanikan luar biasa yang kontra-produktif. Rakyat Pakistan sekarang tengah mengais nasibnya sendiri, dan hanya kepada Taliban mereka berharap banyak.

Mereka harus berjuang untuk masa depannya sendiri. Hadirnya Taliban sama sekali tidak mengambil apapun dari mereka, tetapi kedatangan AS jelas membuat mereka merasa dijajah. Pada akhirnya,  seperti negara-negara lain yang dijajah oleh AS atas nama kependudukan, perlawanan tentu akan menjadi suatu senjata perjuangan mereka. Dan begitu pula lah yang akan dilakukan oleh rakyat Pakistan. (sa/nv)