Ekonomi AS Terjun Bebas

Pemerintah AS berusaha keras menyelamatkan perekonomiannya dari krisis yang lebih dalam. Setelah upaya bailout yang ternyata tidak mampu menolong pemulihan ekonomi AS, kini giliran Bank Sentral AS mengambil kebijakan untuk menurunkan tingkat bunga, bahkan sampai nol persen. Sementara jumlah pengangguran di AS mencapai puncaknya selama kurun waktu 34 tahun terakhir dalam sejarah perekonomian negeri Paman Sam itu.

Federal Reserve menyatakan akan menggunakan semua instrumen yang ada untuk mengatasi krisis finansial dan resesi berkepanjangan yang melanda AS, antara lain dengan menurunkan tingkat bunga pinjaman antar bank antar nol sampai 0,25 persen. Bank Sentral AS berharap pemotongan tingkat bunga akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan memulihkan stabilitas harga.

Kebijakan itu mendapat respon positif Wall Street. Indeks saham industrial Dow Jones sempat naik 4,2 persen atau sekitar 360 poin dalam penutupan kemarin. Namun, pejabat Bank of America, Holger Schmieding mengatakan, tingkat bunga nol atau 0,25 persen tidak akan menciptakan perubahan besar. Menurutnya, faktor yang paling penting adalah rencana apa yang akan dilakukan para pembuat kebijakan ekonomi di AS sekarang ini. Ia berharap mereka tidak lagi menurunkan tingkat suku bunga.

AS sudah kewalahan menata kembali perekonomiannya yang sudah babak belur. Paket-paket stimulus terbukti tidak mampu mengangkat kembali perekonomian AS yang sejak awal sudah salah urus. Pemerintah AS menyatakan, kemampuan daya beli masyarakatnya pada bulan November cuma 1,7 persen. Ini adalah angka terendah sejak tahun 1974 ketika Departemen Perburuhan AS mulai melakukan pencatatan terhadap kemampuan daya beli masyarakatnya.

Para analis mengatakan, perekonomian AS kini dibayang-bayangi deflasi akibat pendapatan, harga-harga dan aktivitas perekonomian yang menurun tajam secara terus menerus. Sementara laporan departemen perdagangan AS menyebutkan bahwa pembangunan rumah-rumah baru juga menurun tajam pada bulan November, yaitu sebesar 18,9 persen yang merupakan penurunan terendah selama 25 tahun terakhir.

Persoalan lainnya yang cukup mengerikan adalah melonjaknya jumlah pengangguran secara drastis di AS. Data pemerintah AS menyebutkan, sepanjang bulan November kemarin terjadi 533.000 pemutusan hubungan kerja, angka pengangguran tertinggi di AS dalam kurun waktu lebih dari 34 tahun.

Menurut Departemen Perburuhan AS, tingkat pengangguran meningkat 6,7 persen pada bulan November yang membuat pemerintah AS khawatir mengingat jumlah pengangguran diperkirakan masih akan terus bertambah menyusul situasi perekonomian AS yang tidak menunjukkan tanda-tanda membaik.

Presiden terpilih AS Barack Obama sudah meminta "langkah darurat" untuk mengatasi pengangguran dan untuk mendorong pemulihan ekonomi. "Jumlah 533.000 orang yang kehilangan pekerjaannya sepanjang bulan November kemarin, merefleksikan situasi yang sangat dramatis dari krisis ekonomi yang kita hadapi," kata Obama.

"Mereka yang kehilangan pekerjaan, mewakili krisis personal bagi keluarga-keluarga di seluruh Amerika," sambung Obama.

Richard Yamarone, ekonom di Argus Research New York mengatakan, data pengangguran membuktikan bahwa perekonomian AS sudah runtuh dan AS sedang "terjun bebas" ke jurang kemiskinan. (ln/berbagai sumber)