Enam Pasukan Perdamaian PBB Tewas Akibat Ledakan di Selatan Libanon

Kendaraan milik pasukan PBB di Libanon-United Nations Interim Force (Unifil) yang berisi amunisi meledak, hingga menewaskan enam orang pasukan PBB, tiga orang asal Spanyol dan tiga orang lainnya asal Kolombia.

Peristiwa itu terjadi di kota Khiam, wilayah selatan Libanon yang berbatasan dengan wilayah Israel, pada Minggu (25/6) waktu setempat. Selain menelan enam korban jiwa, dua tentara Unifil juga dilaporkan mengalami luka-luka.

Seorang sumber di kepolisian mengungkapkan, insiden itu nampaknya terjadi akibat serangan bom bunuh diri. Hal tersebut juga diungkapkan sejumlah saksi mata yang mengatakan, terjadi ledakan pertama sebelum ledakan kedua yang berasal dari kendaraan berisi amunisi milik Unifil.

Sebelum insiden itu terjadi, seorang sumber di keamanan Libanon sudah mengingatkan bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB akan menjadi target serangan bom yang dipasang di jalan-jalan.

Sejauh ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas insiden tersebut.

Menteri Pertahanan Spanyol Jose Antonio Alonso menyebut insiden tersebut sebagai "serangan terorisme." "Kami sedang mengkaji teori serangan teroris. Dalam beberapa minggu belakangan ini, banyak terjadi insiden yang membuat Libanon tidak stabil. Kami dalam kondisi waspada dan sudah mengambil langkah pengamanan, " kata Alonso, yang menugaskan sekitar 1. 100 tentaranya sebagai bagian dari 13 ribu anggota pasukan Unifil.

PBB membentuk Unifil pada 1978, yang bertugas mengawasi penarikan mundur Israel dari wilayah Libanon, menjaga perdamaian dan keamanan serta membantu pemerintah Libanon dalam memulihkan otoritasnya di selatan Libanon.

Setelah perang Israel-Hizbullah tahun 2006 kemarin, PBB memberikan tugas tambahan pada Unifil untuk menjamin terjaganya resolusi 1701 yang mengakhiri agresi Israel ke Libanon, lewat gencatan senjata dengan Hizbullah.

Lewat siaran televisi al-Manar, Hizbullah menyatakan mengecam insiden ledakan kemarin. Menurut Hizbullah, insiden tersebut telah melukai Libanon dan warga di selatan.

Kecaman juga dilontarkan sejumlah politisi di Libanon, termasuk PM Libanon Fuad Siniora serta Menlu AS Condoleezza Rice dan Menlu Perancis Bernard Kouchner.

Peristiwa ledakan yang menimbulkan korban jiwa dari pasukan Unifil ini terjadi beberapa jam setelah pasukan Libanon menyerbu sebuah blok apartemen di utara kota Tripoli. Dalam penyerbuan itu, pasukan Libanon mengklaim berhasil menewaskan tujuh orang kelompok pejuang yang menjadi target mereka. Pada saat yang sama, pasukan Libanon masih mengepung kelompok pejuang Fatah al-Islam yang diklaim masih berada di kamp pengungsi Palestina di utara Libanon.

Unifil baru-baru ini melontarkan tuduhan bahwa Fatah al-Islam telah membombardir posisi mereka di kamp pengungsi Nahr al-Bared di dekat kota Tripoli dan membantah bahwa mereka bekerja sama dengan pasukan militer Libanon untuk menyerbu kamp tersebut.

Sementara sumber-sumber di kalangan penegak hukum di Libanon yang mengaku tahu bahwa kelompok Fatah al-Islam memang telah menargetkan serangan terhadap pasukan PBB, dari interogasi terhadap sejumlah anggota kelompok tersebut. (ln/aljz)