Film Grbavica: Muslimah Bosnia Korban Kebiadaban Pasukan Serbia Masih Terabaikan

Penghargaan Golden Bear terhadap film ‘Grbavica’ sebagai film terbaik dalam Festival Film Internasional Berlin yang ke-56, menjadi perhatian dunia terkait dengan dilema yang dihadapi kaum perempuan Muslim di Bosnia yang menjadi korban perkosaan pasukan Serbia ketika pecah Perang Bosnia pada 1992-1995.

Judul film drama yang sangat menyentuh karya sutradara Jasmila Zbanic ini, diambil dari nama tempat di pinggiran kota Sarajevo dan mengisahkan tentang seorang Muslimah yang berusaha menyembunyikan masa lalunya yang buruk demi melindungi anak perempuannya yang sudah berangkat remaja atas stigma yand dilekatkan pada korban perkosaan.

Atas kemenangan Zbanic, Ketua Asosiasi Wanita Korban Peperangan, Bakira Hasecic mengatakan, sutradara muda itu sudah berperan sebagai seorang politisi dan sudah menampilkan dan mengatakan pada publik, apa yang bagi kebanyakan orang tidak berani mengungkapkannya.

Hasecis mengatakan, setiap korban perkosaan punya cerita sendiri-sendiri yang bisa difilmkan, namun dilema yang dihadapi para korban makin buruk karena pihak yang berwenang tidak mengakui mereka sebagai warga sipil yang menjadi korban peperangan.

"Kami benar-benar diabaikan. Sungguh memalukan, setelah berpuluh-puluh tahun dan pengakuan yang tidak pernah henti atas kebiadaban yang terjadi pada kami, masih tidak ada hukum yang bisa menghentikan penderitaan kami. Perang belum berakhir bagi kami," katanya.

Hampir 20.000 Muslimah menjadi korban perkosaan yang dilakukan secara sistematis saat kota Sarajevo dikepung oleh pasukan Serbia saat konflik yang terjadi antara tahun 1992-1995. Kota Sarajevo seharusnya menjadi kota yang dilindungi oleh PBB sebagai ‘wilayah aman.’ Selain itu, sedikitnya 8.000 laki-laki Muslim dewasa dan anak-anak di Srebrenica dibunuh oleh pasukan Serbia saat konflik tersebut.

Jasmila Zbanic, menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mendengarkan penuturan dari para Muslimah yang menjadi korban perkosaan itu, termasuk mereka yang memberikan terapi pada para korban.

Dalam pidatonya saat menerima penghargaan tersebut, Zbanic menuding buronan, para pemimpin Serbia seperti Radovan Karadzic dan Ratko Mladic berada di balik perkosaan yang dilakukan secara sistimatis terhadap para muslimah Bosnia.

"Perang Bosnia sudah berakhir 13 tahun yang lalu dan penjahat perang Radovan Karadzic dan Ratko Mladic masih hidup dengan bebas di Eropa," kata Zbanic yang juga memenangkan penghargaan Ecumenical and Peace Film Price karena perannya dalam menyebarluaskan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.

"Mereka belum ditangkap karena sudah mengorganisir perkosaan terhadap 20.000 Muslimah dan membunuh 10.000 rakyat Bosnia. Ini Eropa dan tidak seorangpun ingin menangkap mereka. Saya harap, film ini akan mengubah pandangan anda tentang Bosnia," sambung Zbanic dan disambut dengan tepuk tangan. (ln/iol)