Flu Babi Membuat Krisis AS Makin Parah

Krisis ekonomi belum berakhir, bahkan bisa dibilang baru saja mulai, AS sudah harus menghadapi krisis yang lainnya: flu babi. Ketakutan bermunculan di sana-sini di seantero negeri. Sementara travel warning untuk berpergian ke AS pun dikeluarkan berbagai negara-negara, suatu kondisi yang tentu saja dalam sekejap melemahkan pendapatan AS dalam sektor devisa dan turisme.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir ini wajah ekonomi AS mulai sedikit membaik, namun pandemik flu global kembali meredupkannya, terutama dalam bidang ekonomi mandiri dalam perdagangan dan turisme.

Yang paling terasa adalah New York. New York Times merilis berita bahwa bisnis di kota ini mengalami penurunan. Italia, polandia, Venzuela, dan Hong Kong telah resmi mengeluarkan larangan berpergian ke AS. Diperkirakan AS akan kehilangan sekitar 30% pemasukannya karena hal ini.

WHO, dalam hal ini telah pula mengeluarkan peringatan, bahwa semua hal berhubungan dengan penerbangan berpotensi besar menyebarkan flu dan virus babi. Dalam sektor penerbangan pun, Kemarin saja, mengalami penurunan sebesar 4%. "penerbangan mempunyai risiko penyebaran virus paling tinggi." demikian WHO.

New York Times yakin bahwa epidemik flu babi ini akan semakin membuat AS buruk. Mereka menulis, "Krisis finansial telah bergema di seantero AS. Sekarang negara ini menghadapi krisis lain, terpuruk dalam krisis flu babi. Memang belum begitu jelas, tapi kedua hal ini sangat menakutkan. Situasi medis sekarang ini mirip dengan peristiwa SARS pada tahun 2003 lampau, di mana virus datang dari China. Korban SARS mencapai 900 orang di seluruh dunia, tapi efek dari wabah itu begitu mengerikan untuk setor ekonomi. WHO memperkirakan bahwa ketika itu ekonomi China drop sampai 60%."

Dan mungkin, itu pula lah yang sekarang terjadi pada AS dengan flu babinya ini. (sa/wsj/nyt)