Gubernur Madinah Tolak Usulan Penghancuran Gua Uhud

Kalangan ulama di Arab Saudi kini sedang memperdebatkan sebuah gua tempat Nabi Muhammad Saw beristirahat seusai perang Uhud. Perdebatan terjadi antara yang setuju dan tidak setuju gua itu dihancurkan.

Gubernur Madinah Pangeran Abdul Aziz bun Majid pada harian Asharq Al-Awsat menolak ide yang ingin menghancurkan salah satu lokasi bersejarah itu. Namun sebuah komite sudah dibentuk untuk membahas perdebatan itu karena banyaknya pengaduan para pengunjung yang datang ke tempat itu melakukan ritual peribadahan.

Sejumlah ulama menyarankan agar pintu masuk ke lokasi gua Uhud itu dipagari saja. Pintu masuk itu terletak sekitar satu kilometer dari lokasi para pemanah ditempatkan pada saat perang Uhud terjadi. Diriwayatkan, dalam perang antara kaum Muslimin dan kaum kafir itu, Nabi Muhammad terluka dan beristirahat di gua tersebut. Saat ini, gua Uhud menjadi salah satu lokasi yang banyak dikunjungi oleh para jamaah haji, mereka memanjatkan permohonan dan mengambil foto-foto di lokasi tersebut.

Salah seorang warga lokal bernama Talal Al-Raddadi mengatakan, pertanyaan terhadap apa yang dilakukan oleh para pengunjung itu sudah mulai mengemuka sejak enam tahun yang lalu.

"Mereka meminta keselamatan dari tempat itu dan melakukan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan Islam. Banyak orang yang meminta agar tempat itu dihancurkan saja. Saya katakan pada mereka bahwa menghancurkan tempat tersebut bukanlah sebuah pilihan. Kita harus meningkatkan kesadaran dan mengatakan pada para pengunjung bahwa tidak lokasi itu bukan tempat untuk ibadah. Kita harus memasang papan-papan peringatan. Saya berharap mereka tidak menimbulkan masalah dengan menghancurkan gunung itu. Saya pikir menghancurkannya akan menimbulkan kerusakan saja," papar Al-Radaddi panjang lebar.

"Para jamaah haji asal Turki tidak pernah lewat mengunjungi gunung Uhud ketika mereka berada di Madinah. Ini adalah lokasi di mana Nabi Muhammad kehilangan salah satu gigi depannya," kata Muhammad Yelmaz dari Turki. Menurutnya, para jamaah itu datang ke gua tersebut dan memohon ampunan dosa. Mereka mencium batu-batu yang diyakini pernah menjadi tempat duduk Rasulullah ketika mereka masuk ke gua tersebut.

Profesor Universitas Tayba, Madinah, Anwar Bakri mengingatkan gerakan kelompok ekstrim yang ingin menghancurkan semua monumen yang ada di Madinah. Ia berpendapat, menghancurkan gua Uhud hanya akan menimbulkan kemarahan dan tidak akan menyelesaikan persoalan serta akan memperburuk citra Islam.

"Kesalahan-kesalahan akan terjadi baik disengaja atau tidak disengaja. Menghancurkan lokasi itu bukan hanya tidak logis tapi juga bukan solusi akhir. Ketika umat Islam masuk ke negara lain dan menemukan monumen yang bukan milik Islam, mereka tidak akan menghancurkannya. Kita bisa membaca sejarah untuk membuktikannya. Saya menyerukan otorita pariwisata untuk bergerak dan melindungi tempat itu, tambah profesor lainnya, Profesor Asem Hamdan.

Dosen di Universitas Islam Madinah, al-Jarbu berpendapat berbeda. Ia meyakini bahwa menghancurkan tempat tersebut merupakan solusi satu-satunya. Menurutnya, memasang pagar saja tidak ada manfaatnya karena orang akan tetap masuk ke dalam gue dengan meloncati pagar pembatas tersebut.
"Satu-satunya solusi dalam pikiran saya adalah menghancurkannya karena banyak warga lokal yang mengambil manfaat dari lokasi itu. Menghancurkannya akan memecahkan persoalan untuk selamanya," kata Al-Jarbu. Namun gubernur Madinah mengatakan, lokasi gua itu akan dipagari dan tidak akan dihancurkan. (ln/arabnews)