Hamas Tidak Akan Pernah Mengakui Israel

Pemimpin politik Hamas mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan mengakui Israel meskipun menghadapi tekanan apapun. Hadir dalam unjuk rasa di ibukota Suriah pada hari Jumat untuk menandai akhir dari serangan Israel di Gaza tahun lalu yang menewaskan 1.400 warga Palestina, Meshaal mengatakan Hamas tidak mau perang lagi dengan Israel, tapi akan tetap berpegang pada perjuangan bersenjata sebagai cara untuk membebaskan tanah Palestina.

"Hamas akan tetap menolak penjajahan Israel dan menolak untuk mengakui keabsahan entitas Zionis. Prioritas akan tetap membangun dan mengembangkan perlawanan," kata Meshaal, yang tinggal di pengasingan di Syria bersama dengan para pemimpin Hamas lainnya.

"Tekanan, pengepungan, godaan dan membuka pintu (negosiasi) atau saluran komunikasi tidak akan membodohi Hamas. Hamas hanya akan bisa luluh oleh Israel jika mereka mengembalikan tanah kami," kata Meshaal.

Meshaal merujuk pada meningkatnya kontak antara Hamas dan delegasi Barat sejak perang Gaza, termasuk pertemuan dengan kelompok AS yang melibatkan Jack Matlock, mantan duta besar Amerika di Moskow.

"Gaza masih terluka ‘

"Kemenangan Gaza hari ini masih terluka. Rumah-rumah kami masih hancur. Kami masih di bawah pengepungan dan perbatasan masih tertutup. Bahkan bertambahkan dinding baja yang baru," kata Meshaal, mengacu pada bagnunan yang sedang dibangun oleh Mesir di sepanjang perbatasan dengan Gaza untuk menghentikan penyelundupan senjata dan barang ke Gaza.

"Hari ini kita tidak mencari perang, tapi jika perang dipaksakan pada kami, kami akan berjuang mati-matian," kata Meshaal.

Meshaal juga mengatakan bahwa ditangkap tentara Israel Gilad Shalit tidak akan dibebaskan kecuali jika Israel membebaskan ratusan tahanan Palestina.

"Shalit tidak akan pulang sebelum pembebasan tahanan kita," katanya, menyalahkan Israel karena gagal mencapai kesepakatan dalam membebaskan prajurit, yang ditangkap pada bulan Juni 2006 itu. (sa/jzr)