Imam dan Da'i di Australia Wajib Daftarkan Diri dan Patuhi Kode Etik Dakwah

Dr Amir Ali, imam yang cenderung radikal jumlahnya sedikit tapi mereka telah memperburuk citra Islam

Muslim Advisory Council (MAC) lembaga Muslim yang dibentuk oleh PM Australia John Howard, akan memberlakukan prosedur yang ketat bagi para imam Muslim. Lembaga itu menerapkan sistem pendaftaran dimana setiap imam atau da’i yang ada di Australia harus mendaftarkan surat tugas yang dimilikinya dan menaati kode etik yang telah ditetapkan MAC.

Menurut MAC, prosedur itu diterapkan agar umat Islam dan warga Australia pada umumnya bisa membedakan mana imam-imam yang bertanggunjawab dan mana yang membahayakan masyarakat.

"Berbeda dengan yang berlaku dalam agama Kristen, kita tidak memiliki hirarki dalam masalah ulama. Setiap ulama bisa datang ke mesjid dan mengatakan bahwa dirinya imam kemudian memberikan ceramah," kata Ketua MAC, Amir Ali seperti dikutip AFP.

Akibatnya, kata Ali, jika mereka yang mengaku imam itu mengatakan hal-hal yang tidak beranggung jawab atau yang tidak layak, media massa akan mengutipnya dan masyarakat akan merasa terancam lalu warga Muslim akan dipandang sebagai ekstrimis, teroris dan sejenisnya.

"Imam yang semacam itu jumlahnya sedikit tapi mereka sudah menciptakan persoalan citra bagi warga Muslim di Australia," sambung Ali.

Ia mengingatkan, para imam yang tidak mematuhi petunjuk yang dikeluarkan MAC akan dipublikasikan ke publik. " Jika mayoritas imam dan pemuka agama Islam bersikap moderat dan mematuhi petunjuk yang ada, maka mereka yang ingin tetap berada diluar aturan akan diidentifikasi," tegas Ali.

Dr. Amir Ali yang juga menjabat sebagai Presiden Federation of Islamic Councils mengatakan, dengan adanya ketentuan sistem registrasi itu, para ulama dan pemuka agama akan membentuk organisasi tersendiri, mendaftarkan para imamnya dan melaksanakan kode etik yang sudah ditetapkan secara sukarela.

"Tidak ada yang punya wewenang untuk memaksakan pelaksanaan kode etik itu, semuanya harus dilakukan secara sukarela. Tapi kalau para ulama menolak bekerjasama, maka warga Muslim dan masyarakat luas akan tahu bahwa mereka adalah ekstrimis yang tidak mewakili umat Islam pada umumnya," papar Ali.

Untuk itu MAC menawarkan bimbingan bagi para iman tentang apa saja yang bisa diterima di negara Australia yang multikultur ini dan menawarkan bantuan bagi ulama yang bukan kelahiran negeri Kanguru untuk belajar bahasa Inggris.

MAC yang didirikan setelah peristiwa bom London ini mengeluarkan kode etik dan memberlakukan sistem registrasi sebagai respon atas kritikan PM Howard yang mengatakan pemuka Islam di Australia tidak melakukan sesuatu untuk mengisolasi da’i yang cenderung radikal.Namun menurut anggota MAC Yasir Sulaiman, kode etik itu dibuat juga atas anjuran dari komunitas dan para ulama Muslim.

Lebih lanjut Dr Ali mengatakan, hal penting yang dilakukan adalah merangkul generasi muda Muslim karena banyak di antara mereka yang merasa dikucilkan baik oleh komunitas Muslim sendiri maupun komunitas masyarakat Australia. Kondisi ini bisa membuat mereka cenderung bersikap ekstrim.

"Kita harus keluar dan mengatakan bahwa ‘ini bukanlah Islam yang sesungguhnya, Islam adalah agama yang damai," ujar Ali. (ln/iol)