Memprihatinkan, Industri Minuman Keras di Maroko

Suka tidak suka, inilah yang terjadi. Di negara Maroko yang mayoritas penduduknya Muslim, bahkan melarang penjualan minuman beralkohol bagi warga Muslim, industri minuman beralkohol jenis wine (anggur) justru sedang mengalami perkembangan yang pesat.

Minuman beralkohol itu kini dijual bebas dan bisa dijumpai di setiap supermarket yang menyediakan rak-rak khusus untuk minuman keras. Surat kabar Inggris The Independent edisi Minggu (19/4) dalam laporannya menyebutkan, area khusus minuman keras di supermarket-supermarket selalu ramai pembeli dan mereka bisa bebas menenteng botol minuman keras itu.

Bahkan di restoran-restoran, masyarakat Maroko sudah biasa menyertakan minuman keras sambil menikmati hidangan mereka. Agar tidak diketahui aparat keamanan Maroko, restoran-restoran itu secara sembunyi-sembunyi menjual wine, menutup gorden jendela, menyembunyikan botol-botol minuman keras dan menggunakan gelas tertentu untuk menyamarkan isi gelas yang berisi minuman keras.

"Maroko adalah negara yang bebas dan setiap orang bisa membeli apa saja yang mereka mau," kata seorang manager supermarket ketika ditanya mengapa tokonya menjual minuman keras.

Pemilik restoran juga mengajarkan pelanggannya untuk berbohong. Mereka menyarankan para pelanggan Muslim yang menyertakan minuman keras dalam pesanan makanannya, untuk mengatakan bahwa mereka hanya mengkonsumsi soft drink, jika ada aparat kepolisian datang dan melakukan inspeksi.

Maroko melarang penjualan minuman keras pada warga Muslim sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, ketika negeri di kawasan benua Afrika itu masih di bawah kekuasaan kolonial Prancis. "Jika seorang Muslim minum minuman keras, pemerintah Maroko akan menghukumnya. Muslim tersebut juga akan mendapat hukuman dari Allah," kata salah seorang ulama di Dewan Tinggi Ulama Maroko, Mohammed Raouandi.

Tapi Maroko adalah salah satu tujuan wisata turis asing dan setiap tahunnya menerima kunjungan kurang lebih tujuh juta turis asing. Kedatangan turis asing non-Muslim inilah yang diduga menjadi faktor penyebab maraknya penjualan minuman keras di Maroko dan banyak Muslim yang terpengaruh mencobanya.

"Saya seorang Muslim dan saya tidak akan pernah minum alkohol. Tapi di sini, ada 6.000 orang yang bekerja dan hidup dari keberadaan minuman keras," kata seorang pekerja di pabrik minuman keras.

Produksi minuman keras Maroko mencapai lebih dari 40 juta botol per tahun. Industri minuman memabukkan itu tumbuh di tengah perkebunan kurma di dataran-dataran tinggi wilayah Meknes, ujung bagian utara pegunungan Atlas. Dua tahun yang lalu, Meknes bahkan menyelenggaran festival minuman anggur (wine).

Walikota Meknes Aboubakr Belkoura mengatakan bahwa Maroko adalah tujuan wisata turis asing, jadi wajar saja jika Maroko memproduksi dan menjual minuman anggur. Tapi atas tekanan Partai Keadilan dan Pembangunan di Maroko, Belkoura mengundurkan diri dari jabatan walikota Meknes bulan Januari lalu.

Partai Keadilan dan Pembangunan adalah partai yang gigih memperjuangan agar undang-undang larangan minuman beralkohol di Maroko diterapkan dengan tegas. Partai itu juga mengusulkan agar iklan dan festival yang mempromosikan minuman beralkohol dilarang di Maroko. (ln/iol)