Iran: Israel dan AS di Balik Pengeboman Tempat Suci Syiah di Irak

Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menuding ‘zionis dan para penjajah gagal’ lah yang melakukan pemboman atas tempat suci Muslim Syiah yang terletak di utara Baghdad.

"Tindakan-tindakan putus asa ini sudah dilakukan oleh kelompok Zionis dan para penjajah yang gagal," kata Ahmadinejad dalam pidatonya di pusat kota Shahre Kord yang disiarkan oleh stasiun televisi nasional Iran.

"Hari ini, anda melihat bahwa mereka menyerang tempat-tempat suci dan aman. Tapi dipastikan bahwa mereka tidak bertahan menghadapi kekuatan Islam dan negara-negara yang memperjuangkan perdamaiannya," katanya, sehari setelah peristiwa pengeboman makam Imam Ali al-Hadi.

Media-media Iran juga menyebutkan bahwa Ahmadinejad sudah mengirimkan pesan tertulis pada Perdana Menteri Irak, Ibrahim Jaafari, menawarkan bantuan pembangunan kembali makam tersebut.

Sementara itu, pemimpin besar Iran, Ayatullah Ali Khamenei selain menuding Israel juga menuding AS di balik aksi pengeboman tempat suci Syiah di Irak. Khamenei, mengumumkan hari berkabung nasional selama 7 hari di Iran.

Di pihak lain, AS malah menuding jaringan Al-Qaidah yang melakukan aksi pengeboman tersebut. Kordinator kebijakan untuk Irak Deplu AS, James Jeffrey mengatakan, "Kami yakin ini bisa dilacak ke belakang ke gerakan Zarqawi Al-Qaidah," katanya.

Ditanya apakah AS punya bukti atas tuduhannya itu, Jeffrey mengatakan, Abu Musab al-Zarqawi, pemimpin Al-Qaidah di Irak, kerap menyerukan serangan-serangan ke target-target milik Syiah dan ia berusaha memicu perang sipil di Irak.

Pemerintah Irak Berlakukan ‘Jam Malam’


Otoritas pemerintah Irak akhirnya memberlakukan ‘jam malam’ pada siang hari di kota Baghdad, termasuk di kota Samarra sebagai upaya meredakan bentrok sektarian dan untuk mencegah pecahnya perang sipil di negara 1001 malam itu.

Siaran televisi Irak menyebutkan, dengan adanya aturan tersebut, masyarakat tidak diperbolehkan lalu lalang di jalan-jalan di ibukota Baghdad sampai pukul 4 sore mulai hari Jumat (24/2). Aturan ini menimbulkan persoalan, karena warga Muslim jadi tidak bisa melaksanakan sholat Jumat.

Menyusul makin memanasnya situasi pertikaian antara Muslim Sunni dan Syiah, para pemuka agama dari kedua belah pihak sudah menyerukan warganya untuk tenang, namun kedua belah pihak masih saling menyalahkan dan mengklaim diri mereka sebagai korban.

Perdana Menteri Irak, Ibrahim Jaafari mengumumkan masa berkabung nasional selama 3 hari dan menyatakan sejak Kamis (23/2) kemarin sebagai hari libur nasional untuk menghindari masyarakat turun ke jalan-jalan.

Kalangan garis keras Muslim Sunni mengklaim sekitar 168 mesji Sunni diserang, 10 orang imam terbunuh dan 15 orang diculik, menyusul serangan kelompok Syiah sebagai balas dendam aksi pengeboman tempat suci mereka di Samarra.

Namun Menteri Dalam Negeri Irak menyatakan, di kota Baghdad, hanya 19 masjid yang diserang dan seorang ulama dibunuh.(ln/aljz/arabworldnews)