Islam dan Muslim Jadi Target Kampanye Hitam Politisi Norwegia

Meski pemilu di Norwegia masih enam bulan lagi, para politisi di negeri itu sudah berlomba-lomba untuk merebut simpati masyarakat lewat perang pernyataan. Dan yang menjadi sasaran tembak perang pernyataan mereka adalah Islam dan Muslim serta isu imigran di negara itu.

Warga Muslim di Norwegia sudah merasakan makin meningkatnya tudingan-tudingan negatif yang diarahkan pada mereka oleh para politisi di Norwegia. Seorang pemimpin partai oposisi terbesar misalnya mengatakan bahwa ia mengendus adanya "islamisasi" secara perlahan-lahan di Norwegia.

Siv Jensen dari Progress Party menolak kebijakan-kebijakan untuk mengakomodasi kebutuhan keagamaan, tradisi dan aturan relijius warga Muslim. "Kenyataannya, kebijakan yang mengarakan pada islamisasi di kalangan masyarakat negara ini, diberi keleluasaan," tuding Jensen.

Polling-polling di Norwegia mempekirakan partai pimpinan Jensen akan meraih 30 persen suara dalam pemilu parlemen bulan September mendatang. Jensen menegaskan, jika partainya menang dan berkuasa, mereka akan menerapkan aturan dan hukum Norwegia. "Kami tidak akan mengabulkan tuntutan khusus dari kelompok tertentu di masyarakat," tukasnya. Tentu saja kelompok yang ia maksud adalah warga minoritas Muslim di Norwegia.

Anggota Partai Buruh-partai yang kini berkuasa di Norwegia-Khalid Mahmoud mengakui bahwa warga Muslim sudah mengalami sasaran kampanye kebencian para politisi anti-Muslim. "Muslim menjadi stigma dan ditampilkan sebagai bentuk ancaman bagi masyarakat. Target serangan para politisi bukan lagi masalah imigran, tapi mereka semata-mata ingin menyerang warga Muslim lewat pernyataan-pernyataanya," kata Khalid Mahmoud.

"Kami digambarkan sebagai masyarakat yang tidak beradab, tidak tahu aturan dan tidak tahu adat di tengah pergaulan. Sedangkan di rumah, umat Islam digambarkan sebagai orang-orang fundamentalis yang melakukan menindas dan menyiksa kaum perempuan," sambung Khalid memaparkan bagaimana para politisi di Norwegia melakukan kampanye hitam dengan target Islam dan Muslim.

Menurut laporan European Commission against Racism and Intolerance (ECRI) yang memantau masalah-masalah rasisme di negara-negara Uni Eropa, tingkat islamofobia di Norwegia mengalami peningkatan. Secara khusus, dalam laporannya ECRI menyoroti pernyataan-pernyataan yang agresif dan anti-Muslim yang dilontarkan oleh Progress Party.

Saat ini dipekirakan ada 150.000 Muslim di Norwegia dan Islam menjadi agama kedua terbesar di negara Skandinavia itu. World Peace Index tahun 2007 memasukkan Norwegia sebagai salah satu negara yang paling damai di dunia, meski pada kenyataannya negara ini masih harus berjuang keras dalam masalah integrasi kelompok-kelompok agama minoritas, karena dalam beberapa kasus, tradisi Islam berlawanan dengan gaya hidup masyarakat Skandinavia.

Salah satu kasus misalnya, awal tahun kemarin Partai Buruh menyatakan akan membolehkan petugas polisi perempuan mengenakan jilbab sebagai bagian dari seragam polisi yang dikenakannya, dengan harapan akan menarik minat para muslimah di negeri itu untuk masuk ke dinas kepolisian. Tapi ide itu batal, karena dikritik dan ditentang luas oleh berbagai kalangan di Norwegia.

Progress Party adalah salah satu kelompok oposisi di Norwegia yang anti-Muslim. Sebagian besar pendukung partai ini mengatakan, sikap anti-Islam Jensen membuat Progress Party banyak mendapat dukungan. Jensen bahkan diproyeksikan akan memenangkan pemilu bulan September mendatang dan memiliki peluang besar menjadi perdana menteri Norwegia.

Merasa posisinya terancam, Partai Buruh bereaksi dan terpengaruh untuk menggelar kampanye hitam terhadap Islam dan Muslim guna meraih simpati masyarakat. Bulan Maret kemarin, sejumlah anggota senior Partai Buruh menyerukan perlawanan terhadap kelompok-kelompok Islam radikal di Norwegia.

Namun, mantan perdana menteri dan pimpinan Partai Buruh Thorbjoern Jagland menyatakan, tidak ada Islam radikal di Norwegia dan seruan semacam itu hanya akan memicu konfrontasi.

While he argued that it was empty rhetoric, saying there was no radical Islam in Norway, the Norwegian Police Security Service (PST) insists radical Islam does represent a threat. Kepolisian Negara Norwegia juga menyatakan tidak ada kelompok Islam radikal di negeri itu. (ln/isc/bbc)