Islamofobia Warga Jerman, Pasangan Muslim Disangka Teroris

Ketakutan yang berlebihan warga desa Hamwiede, Lower Saxony, Jerman terhadap Islam menyebabkan pasangan Muslim yang baru menikah dan sedang menikmati bulan madunya di desa itu, jadi tidak nyaman.

Warga di desa itu berpikir pasangan Muslim yang sedang berbulan madu itu, bisa saja para teroris yang berencana untuk mengganggu ketentraman dan merusak keindahan desa mereka.

Sikap Islamofobia warga desa ini dialami Omar Abu Namous dan isterinya, hanya karena ia bertampang Timur Tengah dan isterinya mengenakan jilbab. "Bulan madu kami berubah menjadi mimpi buruk, " kata Omar dalam situs pribadinya dengan judul artikel "Teroris in Honeymoon. "

Omar, 26, bekerja sebagai peneliti di Universitas Hanover dan isterinya, Kathrina Klausing yang masuk Islam pada tahun 2000, ceritanya pergi berbulan madu ke desa itu pada bulan Oktober lalu. Namun selama lima hari berbulan madu, yang mereka alami justru hal-hal buruk.

"Waktu itu terdengar pintu diketuk dengan suara keras, " Omar yang berasal dari Kuwait menceritakan salah satu pengalamannya.

"Saya segera membuka pintu, dan ketika pintu terbuka, sejumlah polisi dengan wajah garang menyerbu rumah kami dan melakukan penggeledahan selama satu jam, " kisahnya. Dan para polisi itu, menurut Omar, tidak punya surat izin untuk menggeledah rumahnya.

"Mereka tidak menunjukkan rasa hormat pada kami dan masuk begitu saja ke dalam rumah, " tukas Omar.

Para polisi itu juga mengajukan pertanyaan seperti, mengapa Omar datang pada tengah malam, mengapa Omar datang menggunakan taxi dan untuk apa ia berada di tempat itu.

Setelah kejadian itu, Omar dan isterinya baru tahu kalau warga desa yang curiga, yang telah melaporkan tentang kedatangannya ke polisi. Setelah menyadari tindakannya salah, para polisi itu kemudian minta maaf pada Omar dan isterinya.

"Saya menangis ketakutan karena kaget dan syok, " kata Klausing, isteri Omar.

Kedua pasangan itu menyesalkan tindakan polisi yang dengan gaya koboi telah mengganggu bulan madu mereka. Omar dan isterinya mempertanyakan, tidakkah ada cara yang lebih sopan untuk meneliti kebenaran informasi yang polisi terima dari warga desa.

Namun aparat kepolisian Jerman membela diri, soal tindakan yang mereka lakukan dan membenarkan tindakan warga desa yang telah melaporkan hal-hal yang mencurigakan. Juru bicara kepolisian Soltau, Detlef Maske seperti ditulis Omar dalam blognya mengatakan, bahwa polisi melakukan penggeledahan karena sebelumnya mereka menangkap tiga warga Muslim di sebuah desa di pedalaman, yang dicurigai akan membuat bom. (ln/iol)