Israel Lakukan Serangan di Sudan

Kecurigaan besar mengarah pada Israel, sebagai pelaku serangan ke sebuah konvoi kendaraan di Sudan yang terjadi akhir bulan Januari lalu. Jaringan televisi berita CBS News dalam situsnya mengungkapkan kecurigaan tersebut, setelah seorang korespondennya bernama David Martin menerima informasi bahwa pesawat-pesawat tempur Israel telah melakukan serangan terhadap konvoi 17 truk yang sedang menuju ke Mesir.

Kecurigaan besar mengarah pada Israel, sebagai pelaku serangan ke sebuah konvoi kendaraan di Sudan yang terjadi akhir bulan Januari lalu. Jaringan televisi berita CBS News dalam situsnya mengungkapkan kecurigaan tersebut, setelah seorang korespondennya bernama David Martin menerima informasi bahwa pesawat-pesawat tempur Israel telah melakukan serangan terhadap konvoi 17 truk yang sedang menuju ke Mesir.

Menurut CBS News, serangan terjadi di kawasan gurun kota Port Sudan dekat perbatasan Mesir. Israel diduga melakukan serangan karena mencurigai konvoi truk tersebut membawa senjata yang akan diselundupkan ke Jalur Gaza. Serangan itu menyebabkan sejumlah korban tewas tapi tidak diketahui jumlah pastinya.

Israel tidak membantah ataupun mengiyakan laporan tersebut. Namun seorang sumber militer di Radio Israel, pada Al-Jazeera mengatakan bahwa Israel kemungkinan besar berada dibalik serangan di Sudan. Menurut sumber tadi, pesawat-pesawat tempur Israel telah menembak sebuah target ketika terbang di atas Laut Merah. Tembakan dilakukan tanpa memasuki wilayah udara Mesir atau wilayah udara negara lain.

Sementara itu, Menteri Transportasi Sudan Mabruk Mubarak Saleem mengungakapkan, konvoi kendaraan yang menjadi target serangan bukan membawa senjata tapi membawa imigran ilegal menuju Israel. Pada Al-Jazeera, Saleem mengatakan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan itu sekitar 800 orang, 200 orang diantaranya warga Sudan dan selebihnya warga negara Somalia, Ethiopia dan Eritrea.

"Satu-satunya senjata yang ditemukan setelah serangan adalah senjata-senjata kecil milik para penyelundup manusia itu," ujar Saleem.

Mengomentari laporan itu, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan bahwa Israel akan menyerang siapa saja yang dianggap musuh mereka. "Kami akan bertindak dimanapun kami bisa menyerang infrastruktur-infrastruktur terorisme, baik yang jaraknya dekat maupun yang jauh," tukas Olmert.

Kecurigaan bahwa Israel adalah pelaku serangan konvoi kendaraan di Sudan makin kuat, setelah awal bulan Maret kemarin Olmert mengatakan pada kabinetnya bahwa Israel telah melakukan "sejumlah operasi rahasia yang penting" selama masa pemerintahannya. Para pakar militer meyakini, serangan-serangan itu salah satunya besar kemungkinan adalah serangan Israel di Sudan.

Mantan panglima angkatan udara Israel, Eitan Ben-Eliyahu pada Reuters mengungkapkan bahwa Israel mampu melakukan misi serangan sejauh 1.400 kilometer. Israel juga disebut-sebut sudah memiliki misil-misil yang bisa ditembakkan dari posisi yang sangat tinggi, diluar wilayah udara dan laut suatu negara ke sebuah target serangan, lewat bantuan data dari satelit.

Israel juga disebut-sebut punya basis militer di Pulan Dahlak, kawasan Laut Merah yang masuk dalam wilayah negara Eritrea. Basis militer itu menjadi basis angkatan laut Israel terbesar di luar wilayahnya. Surat kabar Haaretz dalam laporannya menyebutkan bahwa Israel tak segan-segan mengambil resiko untuk melakukan serangan rahasia ke negara lain. Beberapa diantaranya adalah serangan misil Israel ke sebuah lokasi di Suriah yang dicurigai sebagai lokasi pengembangan nuklir Suriah. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2007. Pada tahun 1981, Israel menyerang fasilitas nuklir Irak, Osirak lewat serangan jarak jauh.

Itu hanya sebagian kecil bukti serangan militer Israel ke negara lain. Banyak operasi-operasi rahasia Israel yang belum terungkap dan hanya disinggung saja oleh media massa Barat. (ln/iol)