Pejabat militer AS di Irak mengungkapkan bahwa kelompok-kelompok pejuang di Irak menggunakan taktik baru dalam melakukan serangan dan taktik baru itu dilakukan dalam insiden serangan bom di tiga hotel di kota Baghdad hari Senin kemarin.
Dalam jumpa pers di Baghdad, Jenderal Ray Odierno mengatakan, kelompok yang melakukan serangan bom di Hotel Sheraton, Hotel Babylon dan Hotel Hamra menggunakan dua mobil. Penumpang mobil pertama menembak aparat keamanan hotel dan setelah itu penumpang mobil kedua meledakkan diri.
"Apa yang terjadi di tiga hotel itu, disana ada dua mobil. Mobil pertama datang melakukan penembakan dan mobil kedua melakukan bom bunu diri. Pola ini belum kami lihat sebelumnya," kata Jenderal Odierno.
"Menurut laporan, itu adalah taktik baru. Kami punya agen-agen intelejen yang melaporkan tentang cara serangan baru dengan berpura-pura melakukan serangan tembakan," sambungnya.
Serangan bom di tiga hotel tersebut menewaskan 36 orang dan melukai 71 orang. Ketiga hotel itu menjadi pilihan tempat menginap para pengusaha asing dan lokal termasuk sejumlah wartawan negara-negara asing. Ordierno mengatakan, intelejen Irak meminta bantuan militer AS untuk mencari dan menganalisa bukti-bukti di lokasi kejadian.
Ia mengaku kecolongan dengan insiden tersebut karena intelejen AS dan Irak sudah berbagi informasi tentang indikasi adanya serangan itu. "Serangan bom di tiga hotel di Baghdad menunjukkan bahwa kelompok-kelompok penyerang sudah makin kreatif. Mereka melakukan serangan yang bakal maksimal menarik perhatian orang. Mereka membuat kehancuran yang bisa membuat rakyat Irak mempertanyakan kemampuan pemerintah," tukas Odierno.
Meski mengaku belum punya bukti, Odierno menyatakan yakin bahwa pelakunya adalah Al-Qaida. Ia membantah spekulasi yang menyebutkan bahwa tiga serangan mematikan kemarin ada kaitannya dengan eksekusi Ali Hassan Al-Majid, sepupu Saddam Hussein yang divonis hukuman mati. (ln/yn/iol)