Jerman Peringatkan Akan Ada Perang Panjang di Libya

Menteri luar negeri Jerman membela keputusan Berlin untuk tidak mengambil bagian dalam invasi Baratke Libya, sambil memperingatkan akan terjadinya konflik berkepanjangan di negara yang dilanda kekacauan itu.

"Ini bukan karena kami memiliki semacam hubungan dengan penguasa Libya Muammar Gaddafi akan tetapi kami memutuskan untuk tidak mengirim pasukan Jerman ke Libya, karena kami juga harus melihat risiko misi ini akan berlangsung panjang," dikutip AFP atas pernyataan Guido Westerwelle pada hari Minggu kemarin (20/3).

Dia membuat pernyataan itu pada saat negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Denmark, Norwegia, dan Kanada telah menyerang Libya, mengatakan bahwa invasi merupakan bagian dari mandat resolusi PBB untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas negara Afrika utara tersebut.

Menteri Jerman itu melanjutkan dengan mengkritik keterlibatan Eropa dalam menegakkan zona larangan terbang atas Libya, mengatakan negaranya tidak sendirian dalam sikap tidak mendukung terhadap tindakan militer di negara Libya dan Jerman merasa tidak terisolasi di negara-negara Eropa akibat sikapnya itu.

"Kesan bahwa Jerman terisolasi di Eropa atau masyarakat internasional benar-benar salah," bantah Westerwelle.

"Banyak negara lain di Uni Eropa tidak hanya memahami posisi kami, tidak hanya menghormatinya, tetapi juga berbagi," kata pejabat Jerman tersebut, mengutip Polandia sebagai contoh.

Pada hari Kamis, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) mengeluarkan resolusi, yang disponsori oleh Perancis, Inggris, Lebanon dan Amerika Serikat, mendukung zona larangan terbang di atas Libya dan serangan militer terhadap pasukan pro-Gaddafi untuk menjaga penduduk sipil.

Sepuluh dari 15 negara Dewan Keamanan PBB memilih mendukung resolusi, sedangkan lima negara, termasuk Rusia, Cina dan Jerman abstain, dengan alasan konsekuensi tak terduga bahwa aksi militer bisa membawa dampak di sekitar wilayah tersebut.

Sementara itu, tokoh oposisi Jerman, termasuk kepala kubu Sosial Demokrat, Sigmar Gabriel, melihat Jerman abstain dalam voting sebagai bukti kelemahan Jerman pada situasi di Libya.

"Lebih buruk lagi – tampak seolah-olah Jerman adalah berada di bawah kuasa Mafioso ini [Gaddafi]," kata Gabriel.(fq/prtv)