Jyllands Posten Akhirnya Minta Maaf, Muslim Denmark Menilai Maaf Saja Belum Cukup

Perwakilan-perwakilan Muslim Denmark menyatakan menerima permohonan maaf dari harian Jyllands-Posten atas pemuatan kartun Nabi Muhammad yang sudah menimbulkan ketegangan di kalangan Muslim Denmark bahkan umat Islam di dunia.

"Kami akan menyampaikan rasa terima kasih pada Perdana Menteri (Anders Fogh Rasmussen) dan Jyllands-Posten untuk apa yang telah mereka lakukan," kata Juru bicara Denmark’s Islamic Faith Community, Kasim Ahmad, Selasa (31/1) seperti dikutip Associated Press. Seperti diberitakan, pada Senin (30/1) Redaktur Pelaksana harian Jyllands-Posten, Carsten Juste sudah menyampaikan permohonan maafnya atas pemuatan kartun Nabi Muhammad dengan penggambaran yang sangat menyinggung perasaan umat Islam sedunia. Dalam kartun yang dipublikasikan pada akhir September 2005 lalu, Nabi Muhammad digambarkan mengenakan sorban dengan bentuk dinamit yang akan meledak.

"Kartun-kartun ini tidak melanggar hukum Denmark tapi sudah menyinggung perasaan umat Islam dan untuk itu kami minta maaf," tulis Redaktur Pelaksana Jyllands-Posten Carsten Juste dalam suratnya yang dikirim ke kantor berita Petra di Yordania.

Dengan adanya permohonan maaf itu, Muslim Denmark menghimbau agar aksi boikot terhadap produk-produk Denmark yang terjadi di sejumlah negara Islam dihentikan.

"Sekarang kita harus bekerjasama untuk membangun perdebatan dengan alasan-alasan yang masuk akal dan membangun dialog yang baik tentang Islam dan umat Islam. Kita juga harus berupaya, bagaimana kita bisa menghentikan aksi boikot yang sudah mengganggu roda bisnis di Denmark," sambung Ahmad seperti dikutip AFP.

Abdul Rahman Abu Laban, seorang tokoh Muslim terkemuka di Denmark juga menyerukan agar boikot dihentikan karena Jyllands-Posten sudah minta maaf. "Kami menentang boikot di sektor perekonomian dan menyesalkan bahwa persoalan ini sampai berdampak seperti ini. Buka maksud kami untuk membuat Denmark mendapatkan sangsi semacam itu," kata Abu Laban.

Pemuatan kartun Nabi Muhammad oleh Jylland-Posten dan arogansi harian itu serta PM Denmark yang menyatakan tidak mau minta maaf atas alasan kebebasan berekspresi di negeri itu, membuat umat Islam khususnya di negara-negara Timur Tengah kesal. Mereka menyatakan memboikot semua produk dari Denmark sebagai aksi protes.

Yang paling terpukul adalah produsen produk pertanian olahan yang merupakan kerjasama antara Denmark dan Swedia, Arla Food. Pada Senin kemarin, perusahaan ini menyatakan menutup semuanya produksi di Arab Saudi akibat aksi boikot itu.

Maaf Saja Belum Cukup

Meski Jyllands Posten sudah menyampaikan pernyataan maaf, warga Muslim di Denmark menyatakan bahwa maaf saja tidak cukup. Mereka menuntunt langkah-langkah yang perdamaian yang lebih dari sekedar maaf dalam persoalan ini.

Jihad El-fara, Presiden Muslim Council Denmark mengungkapkan penyesalannya atas kerugian yang diderita perusahaan-perusahaan Denmark akibat kasus kartun tersebut, namun ia menyatakan bahwa pernyataan maaf saja tidak cukup.

"Umat Islam seharusnya jangan terlalu puasa dengan pernyataan maaf itu," kata Fara pada Islamonline. Ia mengatakan, insiden ini harus dimanfaatkan oleh warga Muslim Denmark untuk menuntut dibentuknya lembaga resmi dan menuntut pengakuan terhadap keberadaan umat Islam di Denmark.

"Kami ingin diperlakukan sama dengan penganut agama Kristen, Yahudi dan Sikh di mana agama mereka diakui oleh negara. Kami harus punya masjid raya di ibukota dengan menaranya yang akan menjadi pusat penyebaran informasi tentang Islam dan sebagai upaya untuk meluruskan anggapan yang salah tentang Islam," tegas Fara.

Disisi lain Fara mengakui bahwa warga Muslim Denmark belum mengerahkan upaya terbaiknya, ditambah lagi sikap pemerintah Denmark yang kerap menimbulkan perpecahan. "Pemerintah Belgia, misalnya, baru-baru ini memberikan dukungan agar warga Muslim membentuk lembaga payung sendiri," kata Fara. (ln/iol)