Reut Institute: Dunia Makin Membenci Israel

Reut Institute, think tank Israel untuk masalah keamanan, sosial dan ekonomi mengingatkan pemerintahan Tel Aviv agar merespon dengan serius sikap anti-Israel yang makin meluas di seluruh dunia.

Dalam laporan yang dipresentasikan di rapat kabinet Israel, Kamis (11/2), Reut Institute menyatakan bahwa Israel sedang menghadapi ancaman legitimasi dengan makin maraknya aksi-aksi protes anti-Israel di kampus-kampus, aksi protes terhadap atlet Israel yang bertanding di luar negeri, gerakan boikot produk Israel di Eropa dan dikeluarkannya surat perintah penangkapan bagi para pejabat Israel oleh pemerintah Inggris.

Kampanye anti-Israel itu, kata Reut, dilakukan oleh individu dan organisasi berskala internasional. Individu dan organisasi-organisasi anti-Israel itu tidak memiliki hierarki atau pusat komando. Mereka bekerja berdasarkan kesamaan ideologi yang menganggap Israel sebagai negara pariah dan menolak eksistensi Israel.

Pusat-pusat jaringan anti-Israel itu, menurut laporan Reut, tersebar di kota London, Brussels, Madrid, Toronto, San Fransisco dan Universitas Berkeley, California dan para aktivisnya kebanyakan dari kalangan marginal yaitu anak-anak muda, dari kaum migran dan anarkis serta kalangan politisi yang radikal.

"Meski jumlah mereka tidak banyak, profil jaringan anti-Israel ini mencuat karena memanfaatkan kampanye publik dan liputan media massa," demikian laporan Reut.

Reut juga menyatakan, jaringan individu dan kelompok-kelompok anti-Israel itu makin kuat dengan adanya organisasi seperti Amnesty International dan Human Rights Watch yang kerap mengkritik kebijakan-kebijakan Israel di Palestina. Keduanya bekerjasama untuk menumbuhkan sikap pro-Palestina di Eropa dan yang terlibat dalam gerakan ini bukan hanya orang-orang Palestina, Arab atau Muslim saja tapi banyak diantaranya orang-orang Eropa dan aktivis-aktivis sayap kiri di Amerika Utara.

"Kelompok-kelompok ini mengedepankan simbol-simbol dan tokoh-tokoh pahlawan pro Palestina seperti Mohammed Al-Dura dan aktivis perdamaian asal AS, Rachel Corrie. Mereka juga berpartisipasi dalam berbagai event internasional, misalnya, Konferensi Durban," tulis Reut.

Lebih lanjut laporan Reut menyebutkan bahwa Israel sama sekali tidak siap menghadapi kampanye anti-Israel yang mengancam legitimasi dan eksitensi Israel. Untuk itu Reut Institute merekomendasikan agar pemerintah Israel membentuk sebuah gugus tugas untuk melawan kampanye-kampanye anti-Israel dengan menempatkan kantor-kantor kedubes Israel di seluruh dunia di posisi terdepan untuk melawan kampanye hitam terhadap Israel. Lembaga think tank itu juga menyarankan agar intelejen Israel memantau serta mempelajari metode yang dilakukan jaringan anti-Israel itu. (ln/hrz)