Kasus Serangan ke Madrasah, Militer Pakistan Akui Gunakan Informasi Intelejen dari AS

Dugaan keterlibatan AS dalam peristiwa pemboman sebuah madrasah di Pakistan makin menguat. Juru bicara militer Pakistan mengakui, pihaknya menggunakan informasi intelejen pasukan koalisi pimpinan AS dalam serangan yang menewaskan sekitar 80 orang tak berdosa di madrasah itu.

Mayor Jenderal Shaukat Sultan mengungkapkan, pasukan AS memang tidak ambil bagian dalam serangan ke madrasah yang diyakini sebagai tempat pelatihan anggota Al-Qaidah. Namun pihak intelejen AS bekerjasama dengan pasukan koalisi di Afghanistan memberikan informasi untuk memerangi apa yang mereka sebut teroris yang berada di sepanjang perbatasan negara-negara Asia Selatan.

"Memang ada pertukaran informasi intelejen di sana, tapi mengatakan bahwa pasukan koalisi melakukan operasi serangan, tidak benar," kata Sultan pada Associated Press (AP).

AP melaporkan, tak lama setelah pernyataannya dikutip, Sultan menghubungi kantor AP dan membantah telah mengeluarkan pernyataan itu.

Sementara di kota Kabul, juru bicara militer AS, Kolonel Tom Collins mengatakan, sudah menjadi rahasia umum bahwa AS, Pakistan dan Aghanistan saling bertukar informasi intelejen sebagai bagian dari kesepakatan militer antara ketiga negara.

Juru bicara militer AS lainnya, Letnan Kolonel Paul Fitzpatrick membantah militer AS baik pasukan maupun pesawat-pesawat tempurnya ikut serta dalam operasi serangan tersebut. Ia juga menolak menjawab pertanyaan apakah AS membantu serangan ke madrasah itu.

"Pakistan adalah sekutu AS dalam perang melawan terorisme dan AS secara rutin berbagi informasi intelejen dengan para sekutunya. Tapi, saya tidak bisa berkomentar atas operasi-operasi tertentu," dalih Fitzpatrick.

Menyusul serangan ke sebuah madrasah di desa Chingai, Pakistan yang menewaskan 80 orang, aksi unjuk rasa terus berlangsung di Pakistan. Mereka mengecam aksi tersebut dan mengutuk keterlibatan AS.

Sekitar 20 ribu pengunjuk rasa di distrik Bajour, di propinsi Barat Laut Pakistan meneriakan yel-yel "Death to Bush! Death to Musharaf!." Seorang tokoh lokal pro Taliban, Inayatur Rahman dalam orasinya mengatakan, dirinya sudah menyiapkan "pasukan bom syahid" dengan target pasukan keamanan Pakistan seperti para pejuang melakukan perlawanan terhadap AS di Afghanistan dan Irak.

Seorang siswa madarasah, Abu Bakar yang selamat dari maut dalam serangan tersebut dan kini masih dirawat di rumah sakit di Peshawar mengungkapkan, para siswa, anak-anak dan guru-guru di madrasah itu bukanlah teroris.

"Tidak ada latihan militer di madrasah," kata Bakar yang kedua kakinya patah akibat tertimpa reruntuhan gedung madrasah. (ln/gulfnews)