Militer AS melatih pasukan khusus perempuan yang akan diterjunkan langsung ke medan pertempuran di Afghanistan. Pasukan khusus perempuan itu akan melakukan patroli dan pendekatan dengan kaum perempuan di Afghanistan.
Pembentukan unit khusus perempuan untuk diterjunkan ke medan peperangan di Afghanistan sebagai salah satu strategi baru Komandan pasukan AS di Afghanistan Jenderal Stanley McChrystal, untuk mendapatkan dukungan dari penduduk lokal di Afghanistan. Para pakar di kemiliteran AS meyakini bahwa peran perempuan di daerah-daerah pedalaman Afghanistan lebih penting dibandingkan peran para komandan laki-laki.
Kapten Matt Pottinger, agen intelejen militer AS di Kabul baru-baru ini menulis laporan bahwa ketika salah satu timnya berkunjung ke sebuah desa di selatan Afghanistan, kaum perempuan di desa itu ternyata bisa menjadi sumbe informasi yang penting bagi intelejen. Dalam beberapa kasus, tulis Pottinger, kaum perempuan itu memberikan informasi tentang tokoh-tokoh militan tertentu dan siapa saja para pembuat bom dari kelompok militan.
Saat ini ada empat sampai lima unit khusus perempuan yang siap ditugaskan di provinsi Helmand, provinsi yang belakangan ini menjadi target operasi militer pasukan koalisi untuk memberangus kelompok militan Taliban. Salah seorang perwira eksekutif dan wakil komandan unit khusus perempuan itu adalah Emily Naslund, 26, anggota Marinir AS.
Naslund bersama 39 anggota Marinir perempuan lainnya akan segera diberangkat ke Afghanistan. Tugas mereka sebagai pasukan khusus di Afghanistan adalah berkunjung ke rumah-rumah penduduk, berbicara dengan kaum perempuan setempat, memberikan mereka bantuan perlengkapan sekolah dan obat-obatan, dan yang paling penting adalah menggali informasi tentang desa serta kesulitan-kesulitan mereka termasuk informasi tentang Taliban.
Unit khusus perempuan yang dikerahkan militer AS ke Afghanistan dibekali dengan pengetahuan tentang budaya dan pengetahuan tentang bagaimana berkomunikasi dengan penduduk desa Afghanistan. Mereka diminta untuk sensitif dengan adat istiadat lokal dan mengenakan kerudung dibalik helm militer mereka atau ketika sedang tidak mengenakan helm.
Anggota marinir perempuan yang diikutsertakan dalam unit khusus itu mengaku sangat antusias dengan tugas baru itu. "Setiap anggota Marinir ingin bertugas keluar," kata Kopral Michele Greco-Lucchina yang juga jadi anggota unit khusus perempuan di Afghanistan.
Korp Marinir AS memiliki prajurit perempuan yang jumlahnya meliputi enam persen dari total pasukan marinir AS. Tapi prajurit perempuan dilarang untuk diterjunkan ke zona pertempuran, tidak seperti prajurit infantri. (ln/iol)