Brutalnya Israel, Antara USS Liberty dan Mavi Marmara

Rezim Zionis Israel sebenarnya pernah menorehkan catatan hitam dalam sejarah AS. Saat perang Arab-Israel tahun 1967, militer Israel melakukan kesalahan fatal, menyerang kapal USS Liberty milik Angkatan Laut AS, saat kapal itu masih berada di perairan internasional.

Militer AS mengira kapal "temannya" itu kapal Mesir yang ketika itu menjadi musuh Israel. Akibat serangan "bodoh" itu, 34 prajurit Angkatan Laut AS tewas dan 174 prajurit lainnya luka-luka.

Untuk memperingati peristiwa kelam itu, sejumlah veteran prajurit AS pekan ini berkumpul dan menggelar acara peringatan yang kali ini terasa lebih "menyedihkan" dibandingkan peringatan tahun-tahun sebelumnya, karena hampir berbarengan dengan insiden serupa akhir Mei kemarin, dimana pasukan komando Israel dengan membabi buta menyerbu dan menyerang kapal Mavi Marmara dalam rombongan "Freedom Flotilla" yang membawa misi bantuan ke Gaza.

Serangan brutal tentara Zionis itu menewaskan sembilan orang–salah satunya aktivis, seorang remaja asal AS–dan puluhan orang lainnya luka-luka. Satu orang veteran USS Liberty yang diserang Israel tahun 1967, Joe Madders juga ikut dalam rombongan "Armada Pembebasan" dan berada di kapal Mavi Marmara yang diserang tentara Zionis.

Madders mengatakan, banyak kesamaan antara serangan Israel ke Mavi Marmara dan serangan ke USS Liberty tahun 1967 lalu. Dalam dua peristiwa ini, ujar Madders, pasukan Zionis menyerang kapal yang masih berada di wilayah perairan internasional. Para penumpang kapal USS Liberty dan enam kapal dalam rombongan "Freedom Flotilla" juga sama-sama tidak bersenjata saat diserang. Dalam dua peristiwa serangan itu, tentara Zionis juga memblokir jalur komunikasi dan mengganggu sistem radar yang merupakan pelanggaran hukum internasional.

Ironisnya, dengan dukungan buta AS, otoritas Israel juga berusaha keras menggagalkan upaya pembentukan tim penyelidik, baik dalam peristiwa serangan ke USS Liberty maupun serangan ke kapal Mavi Marmara belum lama ini. (ln/imemc)