Keharuan Kisah Ibnu Zubair Saat Pertahankan Makkah

Ketika Ibnu Zubair mendapati kematian telah mendekati, dia  menjumpai Ibunda yaitu Asma binti Abu Bakar dan mengatakan kepadanya, “Ibu, orang-orang telah meninggalkanku. Sampai pula keluarga dan anak-anaknya tidak ada lagi yang bersamaku kecuali segelintir orang-orang yang tidak memiliki kesabaran sesaat. Sedangkan kamu itu (Hajjaj dan pasukannya) akan memberi tahu apa yang aku inginkan dari kata tanya, apakah pendapatmu?”

Asma RA menjawab, “Engkau, demi Allah wahai anaku, kamu lebih mengetahui tentang dirimu. Bila engkau mengetahui bahwa engkau di atas kebenaran dan engkau menyeru kepada kebenaran, maka lanjutkan. Sungguh para pengikutnya telah gugur di atasnya. Jangan engkau biarkan anak ingusan dari bani Umayyah mempermainkan lehermu. Bila engkau menginginkan dunia karena engkau adalah sejelek-jelek hamba. Engkau membinasakan dirimu dan orang-orang yang mati bersamamu. Bilang kau mengatakan: Aku berada di atas kebenaran, tetapi ketika pengikutmu melemahkan, maka akupun ikut melemah maka yang demikian itu bukan sikap seorang yang merdeka dan bukan pula sikap seorang punya agama. Berapa lama kehidupan di dunia mati adalah lebih baik.”

Ibnu Az Zubair mengatakan, “Wahai, ibu aku khawatir bila orang-orang bisa membunuhku, mereka akan mencangkul dan menyalibku.”

Ibunya menjawab, “Wahai anakku, sesungguhnya kambing tidak merasakan sakit ketika di sayati kulitnya setelah disembelih. Berjalanlah atas apa yang engkau ketahui dan mintalah pertolongan kepada Allah.”

Lalu Zubair mencium kening ibunya sambil mengatakan. “Inilah pendapatku dan yang aku keluar dengannya, tidak ada yang membuatku keluar kecuali kemarahan karena Allah. Tetapi aku ingin mengetahui pandanganmu dan sungguh engkau telah menambahkan ilmu padaku.”

Maka kata Zubair lagi, “Lihatlah wahai ibu, aku akan menjadi orang yang gugur pada hari ini. Janganlah kesedihanmu menjadi jadi-jadi, dan serahkanlah urusan kepada Allah.”

Lalu, ibunya mengatakan. “Aku berharap semoga dukacitaku atas kematianmu baik. “Ya Allah aku telah menyerahkannya kepada keputusanmu. Aku juga rela terhadap apa yang engkau takdirkan. Maka Berilah aku pahala karena kehilangan nya berupa pahala orang-orang yang sabar.”