"Penarikan partai-partai oposisi utama dari pemilihan umum parlemen Mesir di tengah adanya tuduhan penipuan dan kekerasan, telah meninggalkan partai yang berkuasa memonopoli kursi di parlemen, namun kredibilitasnya hancur", ucap para pakar.
Penarikan kelompok oposisi menambah krisis legitimasi. Ini berarti oposisi tidak bermain lagi ke dalam sistem. Kerusakan yang dilakukan NDP (partai nasional demokrat) sangat besar," kata Amr Hamzawi dari lembaha think tank Carnegie Endowment for International Peace.
Ikhwanul Muslimin dan partai sekuler Wafd memutuskan pada hari Rabu lalu untuk menarik diri keluar dari pemilu putaran berikutnya, setelah Partai Nasional Demokrat (NDP) Presiden Husni Mubarak memenangkan 209 dari 221 kursi dalam putaran pertama pemilihan umum parlemen.
Hamzawi mengatakan pemerintah akan merasa "bahagia" tentang kesuksesan mereka menyapu perolehan kursi dalam pemilu tersebut.
"Mereka sebenarnya ingin mendapatkan mayoritas 70 persen dan untuk tetap menjaga kubu oposisi tetap 20 persen. Tapi mereka mengubah pusat kekuatan oposisi dari Ikhwan untuk Wafd."
"Ini buruk bagi reputasi pemilihan presiden mendatang, yang membutuhkan parlemen yang sah dan adanya calon lainnya," kata Hamzawi.
Ikhwan, satu-satunya kekuatan oposisi yang paling serius di negeri ini, mengendalikan seperlima dari parlemen, namun tidak mendapatkan satupun kursi dalam putaran pertama pemungutan suara hari Ahad lalu.
Pemilu di Mesir hanyalah alat rejim diktator Hosni Mubarak, yang sudah mendekati ajal, tetapi masih memiliki ambisi yang sejatinya tak layak lagi berkuasa. Perwira angkatan udara itu, sudah berkuasa lebih dari 30 tahun, dan tidak ada perubahan yang memadai bagi kehidupan rakyat Mesir, dan justru semakin merosot. Harga kebutuhan pokok semakin mahal.(fq/aby)