Pemberontak Menjarah Kemewahan Rumah Keluarga Gaddafi

Hampir semua anak-anak Muammar Gaddafi menyukai kemewahan. Dilaporkan anaknya bernama al-Saadi menyukai mobil cepat, kapal pesiar dan sepak bola, dan vila pantai nya penuh dengan mainan yang mahal. Sedangkan Adiknya Aisyah tinggal di sebuah rumah besar berlantai dua dengan kolam renang di dalam ruangan dan sauna.

Pada saat pemberontak mengambil alih ibukota Libya selama akhir pekan lalu, rumah-rumah mewah – simbol ekses keluarga Gaddafi – adalah di antara target pertama mereka. Setelah mengusir para penjaga, pemberontak menghancurkan dan menjarah villa dan berjalan melalui reruntuhan villa Rabu kemarin (24/8) mengekspresikan kemarahan mereka pada kekayaan keluarga Gaddafi dan selera mereka yang sangat mencolok.

"Saya bahkan tidak bisa percaya apa yang saya lihat," kata Muftah Shubri, warga lingkungan barat Nofleen Tripoli, ketika dia berjalan melintasi halaman rumah Aisyah.

42 tahun pemerintahan Gaddafi atas Libya telah semakin menjadi bisnis keluarga, di mana diktator Libya itu membagi-bidang utama kepentingan binsis, dari minyak hingga keamanan, di antara ke enam putra nya.

Dalam beberapa tahun terakhir, keturunan Gadhafi telah terlibat dalam serangkaian skandal: Hannibal ditangkap pada 2008 di Swiss karena memukul petugas di sebuah hotel mewah Jenewa dan Muatassim dilaporkan membayar 1 juta dolar untuk konser Tahun Baru Beyonce.

Al-Saadi, 38 tahun pecinta sepak bola, digambarkan dalam kabel WikiLeaks 2009 dari Kedutaan Besar AS di Tripoli sebagai orang yang memiliki masa lalu yang bermasalah, termasuk menjadi buronan polisi di Eropa, terlibat penyalahgunaan obat dan alkohol dan sering melakukan pesta yang berlebihan.

Pada hari Senin, sehari setelah ribuan pemberontak memasuki Tripoli, sekitar 200 orang menyerbu rumah al-Saadi di Mediterania, kata Seifallah Gneidi, seorang pria 23 tahun yang berpartisipasi dalam penjarahan.

Gneidi mengatakan ia mengambil sebotol besar gin, sikat gigi dengan pegangan emas dan sepasang jeans merk Diesel. "Kami ingin memiliki barang-barang yang ia miliki," kata Gneidi, Kalashnikov tersandang di bahunya. Dia mengatakan pemberontak sendiri tidak memaafkan penjarahan milik pribadi, dan hanya memungkinkan merusak simbol penyalahgunaan keluarga Gaddafi dari kekuasaannya.

Gneidi mengatakan al-Saadi memiliki empat mobil – BMW, Audi, Lamborghini putih dan Toyota – yang semua dihancurkan selama penjarahan.

Al-Saadi pasti khawatir tentang keselamatannya. Sebuah lorong bawah tanah yang panjang dengan dinding beton tebal, ia buat yang menghubungkan dari sebuah vila kedua menuju ke jalan.

Kompleks ini juga memiliki lapangan sepak bola rumput. Al-Saadi, yang dipandang sebagai pemain sepak bola ‘gagal’ terlibat dalam salah satu tim sepak bola Libya, Al-Ahly. Al-Saadi juga memimpin Federasi Sepakbola Libya.(fq/ap)