Kibarkan Bendera Putih, Warga Gaza Tetap Ditembaki

Warga Gaza yang selamat mengungkapkan bagaimana tentara-tentara Israel melakukan kekejaman terhadap warga sipil Palestina selama 22 hari agresi Israel ke Jalur Gaza. Menurut mereka, tentara-tentara Israel telah membunuh warga yang sudah mengibarkan bendera putih sebagai isyarat bahwa mereka hanya warga sipil biasa.

Kekejaman pasukan Zionis itu dialami oleh keluarga A-Najar dari desa Khuza’a, sebelag timur Khan Younis di Jalur Gaza. Peristiwa itu terjadi antara tanggal 12-13 Januari ketika pasukan Israel memasuki desa Khuza’a yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dengan perbatasan Israel.

Menurut Monir A-Najar, sekitar pukul 05.00 pagi, tank-tank Israel dari arah timur desa. Asap tebal akibat serangan udara Israel membuat warga desa tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi. Mereka hanya mendengar suara rumah-rumah yang roboh, suara tembakan dan ledakan bom. Warga desa yang terdiri dari orang-orang dewasa dan anak-anak naik ke atap rumah-rumah mereka dan selama hampir satu jam mengibarkan bendera putih tapi helikopter-helikopter Israel malah melepaskan tembakan untuk menakut-takuti mereka.

Pukul 08.00 pagi, dengan menggunakan pengeras suara, tentara-tentara Israel memerintahkan warga desa berkumpul dan beberapa puluh orang berkumpul di halaman rumah Osama A-Najar. Kemudian tentara Israel memerintahkan mereka meninggalkan rumah itu, dua orang-dua orang secara bergiliran.

Dua orang yang pertama pergi adalah Ruwahiya dan Yasmin A-Najar. Menurut cerita Yasmin pada B’Tselem-organisasi HAM di Israel-mereka melihat kelompok perempuan yang keluar dari dalam rumah lainnya. "Kami berjalan di depan mereka sambil mengibarkan bendera putih. Kami melewati sekitar tiga rumah di pinggir jalan dan melihat seorang tentara Israel dengan jarak sekitar 40 meter, mengarahkan senjatanya pada kami," tutur Yasmin.

Ia melanjutkan,"Saya pikir tentara itu meminta kami untuk mendekat. Saya dan Ruwahiya terus berjalan dan tiba-tiba tentara itu menembaki kami."

Yasmin mengalami luka tembak di kaki kanannya, tapi Ruwahiya jatuh ke tanah dengan kepala berdarah. Rombongan perempuan yang mengikuti mereka panik dan berhamburan mencari perlindungan karena tentara Israel terus menembaki mereka.

Yasmin berusaha kembali ke tempat kejadian untuk menolong Ruwahiya, lagi-lagi tentara Israel menembakinya. Tentara-tentara Zionis itu juga menembaki sopir ambulan yang datang dan memaksa sopir ambulan itu tidak kembali. Ruwahiya berhasil dievakuasi pada pukul 08.00 malan dalam kondisi sudah tak bernyawa.

Keesokan harinya, pasukan Zionis masih menghancurkan rumah-rumah di sekitar desa tersebut. Mendengar Ruwahiya meninggal akibat tembakan tentara Israel, warga desa yang bersembunyi di rumah-rumah keluar dan berusaha menghindar dari tank-tank Israel sambil berteriak "Allahu Akbar".

"Kami menggunakan jilbab yang biasa dipakai kaum perempuan, sebagai bendera putih. Kami ingin mengungsi, tapi tentara-tentara Israel itu menembaki kami dari jarak 100-150 meter dari rumah keluarga Osama," kata Monir.

Dalam insiden itu, tiga anggota keluarga Monir syahid antara lain Mahmoud A-Najar,56; Ahmad A-Najar, 25 dan Halil Al-Najar, 80. Dan 10 warga desa lainnya juga syahid pada hari itu, setelah misil Israel menghantam sebuah sekolah dan sebuah rumah di dekatnya. Sekolah sedang digunakan sebagai tempat berlindung ketika misil tersebut menghancurkannya. (ln/Hrz)