Kisah Umar r.a. Menangis Melihat Rakyatnya Kelaparan

Eramuslim.com – Sebagai khalifah, Umar selalu memikirkan kepentingan rakyatnya diatas kepentingannya sendiri. Hal inilah yang membuatnya berusaha terus memenuhi kebutuhan rakyatnya. Ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah, ia pernah mendapatkan cobaan yang cukup berat dimana suatu ketika datanglah musim paceklik karena masuk dalam musim Abu.

Pada tahun tersebut, seluruh bahan makanan menjadi susah didapatkan. Bahkan, sebagian besar dari hasil pertanian tidak dapat dikonsumsi sehingga banyak rakyatnya yang mengalami kelaparan. Inilah cerita Umar Bin Khattab pemimpin yang sederhana.

Suatu ketika, Umar bin Khattab ingin melihat bagaimana keadaan rakyatnya. Ia pun mengajak Aslam yang merupakan sahabatnya untuk memastikan bahwa tidak ada rakyatnya yang tidur dalam kondisi kelaparan.

Hingga akhirnya, langkah mereka terhenti saat mendengar tangisan anak perempuan yang keras. Kemudian, mereka mencari sumber tangisan itu dan ternyata tangisan itu berasal dari sebuah tenda yang kumuh.

Setelah mendekat, mereka melihat wanita tua yang sedang terduduk di depan perapian dengan mengaduk panci menggunakan sendok dari kayu. Khalifah Umar pun menyapa dan memberi salam pada ibu tersebut. Ibu itu menjawab salam dengan menoleh pada mereka dan kembali melanjutkan kegiatannya. Ibu itu tidak tahu bahwa orang yang mendatanginya adalah Khalifah Umar bin Khattab.

Khalifah kemudian bertanya siapa yang sedang menangis dan ternyata adalah anak perempuan dari ibu itu. Anak itu menangis karena kelaparan dan seketika Umar dan Aslam tertegun. Beberapa lama kemudian, Umar dan Aslam merasa heran karena sang ibu tidak kunjung selesai memasaknya. Ditanyalah apa yang sedang dimasak ibu itu, kenapa tidak kunjung matang.

Setelah melihat isi panci itu, mereka terkejut karena di dalamnya hanya adalah batu-batu dan air. Umar pun bertanya untuk apa ibu itu memasak batu dengan air.

Ibu itu kemudian menjelaskan jika ia memasak batu dan air hanya untuk menghibur anaknya yang kelaparan. Ibu itu pun menyalahkan Umar bin Khattab karena ia tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya sehingga ia dan anaknya belum makan sejak pagi hari. Bahkan, anaknya diminta untuk berpuasa dan berharap akan ada rezeki yang membuat mereka bisa makan, tapi hingga malam hari rezeki itu tidak kunjung datang. Akhirnya, sang ibu membohongi anaknya hingga ia tertidur.

Ibu itu juga mengatakan bahwa Umar tidak pantas menjadi pemimpin karena telah menelantarkan mereka. Seketika, Aslam hendak menegur ibu itu tapi dicegah oleh Umar. Setelah itu, Umar mengajak Aslam untuk kembali ke Madinah dengan meneteskan air mata. Ia mengambil sekarung gandum untuk diberikan pada sang ibu dan mengangkatnya seorang diri. Aslam sebenarnya ingin membantu, tapi tidak diperbolehkan Umar. Bahkan, Umar mengatakan bahwa mungkin Aslam bisa menggantikannya mengangkat karung gandum tapi apakah Aslam bisa memikul beban Umar di hari pembalasan. Aslam pun hanya mendampingi Khalifah untuk mengantarkan gandum tersebut pada sang ibu dan anaknya.

Berdasarkan kisah teladan khalifah Umat bin Khattab, kita belajar tentang pemimpin yang bertanggung jawab pada rakyatnya. Umar selalu memikirkan rakyatnya, beliau selalu berusaha untuk memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Selain itu, Umar tidak marah jika ada rakyatnya yang tidak puas dengan masa jabatannya, justru hal ini dijadikan instropeksi diri bagi Umar agar bisa menjadi pemimpin yang baik lagi. Demikian kisah Umar bin Khattab yang menangis karena rakyatnya kelaparan.(jk/vv)