Kepala staf angkatan darat Prancis, jenderal Jean Louis Georgian pada hari ahad kemarin (21/2) menyatakan bahwa proses "operasi mustarak" akan berlangsung lama – menunjukkan bahwa fase pertama dari operasi tersebut akan berlangsung hingga bulan Juni depan.
Ia mengatakan bahwa serangan pasukan Prancis yang diluncurkan pada tanggal 13 Februari lalu bersama dengan partisipasi lebih dari 15.000 pasukan asing dan pasukan boneka pemerintah Afghanistan, terhadap kubu mujahidin Taliban di Afghanistan Selatan merupakan operasi militer terbesar yang disiapkan oleh NATO, sejak pasukan pendudukan memasuki Afghanistan pada akhir 2001.
Kepala militer pasukan NATO mengatakan: "Taliban menggunakan senjata-senjata mereka lebih efektif dan mampu "melecehkan" tentara pendudukan.
Dia menambahkan bahwa "untuk mengatakan bahwa ada perlawanan sengit tampaknya tidak terlihat oleh saya, tentu saja hal ini berbeda dengan kenyataan aslinya."
Pasukan pendudukan menangis
Mujahidin Taliban mengundang media internasional untuk melihat prajurit-prajurit tentara pendudukan di Lea yang menangis dengan keras, dan mengirimkan pesan kepada dunia untuk melihat siapa sebenarnya yang menguasai wilayah tersebut.
Kantor berita AFP menyatakan bahwa Taliban mengundang para wartawan untuk mengunjungi wialyah Lea di Afghanistan Selatan untuk melihat dengan mata kepala sendiri, siapa yang menguasai wilayah itu sebenarnya.
Taliban mengatakan: "Para prajurit musuh telah kehilangan semangat mereka, masyarakat di wilayah ini melihat mereka, mereka menangis dengan meraung-raung. Jika pasukan pendudukan mengijinkan wartawan mengunjungi wilayah tersebut, wartawan akan kami berikan akses bebas masuk ke wilayah kami, untuk melihat dengan mata kepala sendiri apa yang terjadi di sana." (fq/imo)