Komunitas Muslim Dianggap Ancaman Bagi Identitas dan Budaya Skotlandia

Survei yang dilakukan pemerintah Skotlandia menunjukkan bahwa setengah dari responden menilai warga Muslim sebagai ancaman bagi identitas dan budaya Skotlandia.

Survei yang dilakukan oleh Scottish Social Attitudes, melibatkan sekitar 1. 500 responden dan hasilnya dipublikasikan surat kabar The Scotsman edisi Rabu (12/12) Menurut hasil survey itu, prosentase jumlah responden yang merasa bahwa warga Muslim adalah ancaman bagi identitas Skotlandia naik sebesar 38 persen dibandingkan hasil survei pada tahun 2003.

Hasil survei juga menunjukkan, 24 persen responden menyatakan tidak begitu senang jika ada kerabatnya yang menikah dengan seorang Muslim. Prosentase ini naik 4 persen dari survei tahun 2003. Selain itu, 15 persen responden yang disurvei menyatakan bahwa Muslim tidak pantas menjadi guru di sekolah dasar dan 27 persen responden merasa bahwa warga Muslim telah merebut lapangan kerja warga Skotlandia.

Survei yang digelar antara bulan Agustus 2006 sampai Januari 2007 juga menemukan fakta bahwa hampir 30 persen responden menyatakan prasangka buruk terhadap warga minoritas adalah hal yang bisa dan bisa diterima. Ini terjadi di kalangan orang-orang tua dengan tingkat pendidikan di bawah universitas.

Menteri Kemasyarakatan Skotlandia Stewar Maxwell mengaku tidak nyaman dengan hasil survei tersebut. "Sementara kebanyakan warga masyarakat menginginkan adanya perlakuan yang sama dan adil, sebagian kecil warga minoritas masih mengalami diskriminasi. Ini mengkhawatirkan, " ujar Maxwell.

"Kita harus menyikapi hal ini dengan meyakinkan bahwa Skotlandia di masa depan adalah bangsa yang terbuka dan modern, " sambungnya.

Para analis berpendapat, meningkatnya sikap anti-Muslim adalah dampak "perang melawan teror" yang memicu munculnya paradigma Barat versus Islam. "Serangan 11 September di New York dan serangan 7 Juli di London, tak diragukan lagi telah menyebabkan makin dalamnya prasangka buruk terhadap Muslim, " kata Profesor John Curtice yang juga mengetuai survei itu.

Ia melanjutkan, "Survei dilakukan sebelum serangan bom di bandara Glasgow, tapi ada latar belakang yang umum yang meningkatkan ketegangan antara Barat dan dunia Islam. "

Sementara itu Dr Salah Baltagui dari Muslim Council of Scotland dan Scottish Interfaith Council mengatakan, "Apa yang harus dilakukan adalah berusaha membantu masyarakat untuk mengetahui lebih banyak tentang Muslim dan menghentikan stereotipe. "

Osama Saeed, yang juga anggota Muslim Council of Scotland mengaku tidak terkejut dengan hasil survei yang mengaitkan Muslim dengan kekerasan. Tapi yang menurutnya menggelikan adalah sikap masyarakat Skotland yang khawatir identitasnya sebagai orang Skotland hilang karena keberadaan warga Muslim.

"Dalam survei-survei sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa warga Muslim ternyata lebih merasa sebagai orang Skotlandia dibandingkan masyakarat Skotlandia secara keseluruhan, " tukas Saeed. (ln/iol)