Kondisi Tahanan Muslim di Penjara Inggris, Dilarang Sholat dan Diperlakukan Sewenang-Wenang

Kepala Inspektur Penjara-Penjara di Inggris, Anne Owers mengungkapkan keprihatinannya atas perlakuan sewenang-wenang yang dialami tahanan Muslim di penjara Belmarsh yang disebut sebut sebagai ‘Guantanamo’ nya Inggris. Di penjara itu menurut Owers, tahanan Muslim dilarang sholat bahkan dibuat sangat tidak nyaman sehingga para tahanan itu merasa tidak aman.

"Situasi terkait dengan tahanan Muslim, di penjara yang menahan mereka yang diduga terlibat dalam aksi terorisme belakangan ini, secara khusus sangat sensitif dan kompleks," kata Owers dalam laporannya seperti dikutip Reuters.

"Sangat nyat terlihat bahwa setengah dari para tahanan yang kami survei…. mengatakan bahwa mereka merasa tidak aman di Belmarsh. Hal ini nampak kuat terlihat khususnya di sejumlah tahanan dari Asia," jelasnya.

Dalam laporannya Owers mengungkapkan, seperempat tahanan di Belmarsh adalah warga negara asing, setengahnya adalah orang kulit hitam atau kelompok tahanan dari etnis minoritas, dan lebih dari 100 tahanan adalah Muslim. Jumlah tahanan seluruhnya sekitar 900 orang. Di antara para tahanan, terdapat 4 orang pria yang dituduh terlibat dalam aksi ledakan di London bulan Juli tahun 2005 lalu.

Lebih lanjut Owers mengatakan, para staff di penjara Belmarsh yang terletak di timur London, tidak memahami perilaku sosial dan agama tahanan Muslim dan kurangnya hubugan antara sipir penjara dan para tahanannya.

"Tahanan Muslim yang usianya relatif masih muda mengeluhkan bahwa perilaku sosial dan kebiasaan relijius mereka disalahmengertikan oleh para petugas penjara dan dianggap menimbulkan masalah. Jelasnya, ada hubungan yang kurang kuat dan kurangnya sikap saling memahami antara petugas penjara dan kelompok tahanan muda ini," demikian isi laporan tersebut.

Owers mengatakan, sangat penting bagi para petugas penjara untuk memahami para tahanannya dan membuat mereka merasa aman. Menurutnya, para tahanan Muslim di Belmarsh mengaku mendapat perlakuan yang lebih buruk sejak peristiwa bom London bulan Juli lalu.

Owers dalam laporannya juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap 4 tahanan yang dituduh terlibat aksi terorisme, karena mereka hanya diperbolehkan berkumpul berempat saja dan dilarang ikut sholat Jumat berjamaah. Tahanan lainnya bahkan diasingkan seorang diri dan diberikan ‘kualitas hidup yang sangat menyedihkan.’ (ln/iol)