Krisis Pangan Akibat Negara-Negara Barat Tak Bijak Konsumsi Bahan Pangan

Ketua Badan Pangan dan Pertanian (FAO) PBB Jacques Diouf menyatakan, negara-negara Barat telah menghambur-hamburkan uang milyaran dollar untuk konsumsi makanan yang berlebihan dan membuat orang jadi kegemukan, sementara jutaan orang di seluruh dunia kelaparan.

"Tak seorang pun memahami… orang-orang yang kelebihan berat badan telah mengkonsumsi makanan secara berlebihan yang menghabiskan dana sampai 20 milyar dollar setiap tahunnya, " kata Diouf dalam pertemuan tinggi ke manan pangan di kota Roma, Italia.

Diouf juga mengatakan, pada tahun 2006 dana yang dihabiskan untuk persenjataan mencapai 1, 2 triliun dollar sedangkan dana bantuan untuk pertanian menurun tajam, dari 8 milyar dollar pada tahun 1984 menjadi 3, 4 milyar dollar pada tahun 2004. Menurutnya, kekacauan sosial akibat krisis pangan yang banyak terjadi saat ini, sebenarnya bencana yang sudah diperkirakan sebelumnya.

Target untuk mengurangi jumlah orang kelaparan di seluruh dunia hingga setengahnya sampai tahun 2015, yang ditetapkan dalam pertemuan tingkat tinggi masalah pangan dunia di Roma tahun 1996, ternyata tidak tercapai alias gagal. "Dengan kondisi seperti sekarang ini, target yang ditetapkan dalam pertemuan tersebut baru bisa tercapai pada tahun 2150, " kata Diouf menyesalkan.

Makin tingginya harga minyak, perubahan pola makanan, urbanisasi, bertambahnya populasi, perubahan iklim yang ekstrim, produksi biofuel yang terus meningkat, spekulasi serta kebijakan perdagangan dituding menjadi faktor-faktor penyebab meningkat harga bahan pangan di seluruh dunia.

Krisis pangan itu telah memicu aksi-aksi protes mulai dari benua Afrika sampai Asia dan menimbulkan kekhawatiran akan makin banyak warga dunia yang menderita gizi buruk. World Bank mempekirakan 100 juta penduduk dunia menghadapi ancaman kelaparan karena mahalnya harga pangan.

Untuk mengantisipasi bahaya kelaparan, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam pertemuan di Roma menyatakan bahwa produksi pangan harus ditingkatkan sebesar 50 persen dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. Ki-moon menyerukan negara-negara yang hadir dalam pertemuan itu untuk melonggarkan berbagai pajak pertanian, larangan ekspor dan tarif impor sebagai jalan untuk memecahkan persoalan krisis pangan ini.

Sekjen PBB juga mendesak AS dan negara-negara lainnya untuk secara bertahap menghapus subsidi biofuel, termasuk ethanol yang menggunakan hasil pertanian pangan untuk keperluan sumber energi dan bukan untuk konsumsi makanan bagi manusia. (ln/aljz)