Kubu Oposisi Yordan, Tuntut PM Baru Untuk Mundur

Partai oposisi Yordania mengatakan Marouf Bakhit, yang baru diangkat sebagai perdana menteri, adalah bukan orang yang tepat untuk jabatannya dan ia harus mundur.

Raja Yordania Abdullah II tunduk pada tekanan publik yang terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir dan memecat Perdana Menteri Samir Rifai pada hari Selasa lalu, menunjuk mantan duta besar untuk Israel, Marouf Bakhit, sebagai perdana menteri baru negara Arab tersebut.

Tapi langkah itu ditolak oleh demonstran yang berkumpul pada hari Rabu kemarin (2/2) di luar kantor perdana menteri di Amman dan bersumpah untuk melanjutkan demonstrasi sampai tuntutan mereka untuk pemilihan parlemen yang adil dan reformasi demokrasi dan ekonomi lainnya terpenuhi.

"Kami pikir dia bukan orang yang tepat untuk melakukan reformasi politik yang diperlukan," kata pimpinan departemen politik partai Front Aksi Islam (IAF), Zaki Bani Ersheid,.

"Bakhit adalah orang keamanan, mantan jenderal militer dan mantan pejabat intelijen. Dia tidak percaya pada demokrasi dan dia bukan orang yang tepat untuk pekerjaan itu," Associated Press mengutip pernyataan pemimpin oposisi Ikhwanul Muslimin Yordan, Hamza Mansour.

Mansour mengatakan warga Jordan membutuhkan orang yang dapat mengatasi negara dengan serius dalam menangani "krisis ekonomi dan politik."

Bakhit adalah orang yang salah yang tidak bisa memperkenalkan reformasi demokrasi dan hanya memperdalam kemiskinan dan pengangguran, katanya.

Krisis politik yang sedang berlangsung di Yordania datang pada saat negara Teluk Arab tersebut bergulat dengan utang luar negeri yang melonjak yang diperkirakan mencapai $ 15 miliar, tingkat inflasi yang membengkak sebesar 1,5 persen menjadi 6,1 persen pada Desember dan pengangguran yang tinggi dan tingkat kemiskinan, membuat negara ini semakin terpuruk.(fq/prtv)