Kurangnya Listrik, Warga Tripoli Terpaksa Berbuka Puasa dengan Cahaya Lilin

Ahmad dan keluarganya telah menyimpan banyak makanan untuk menyambut bulan suci Ramadhan, namun pemadaman listrik setiap hari di ibukota Libya yang dilanda perang membuat persediaan makanan mereka membusuk di dalam freezer.

Penduduk Tripoli juga mengeluh selama seminggu terakhir karena kekurangan bahan bakar bensin. Sekarang kekurangan listrik dan air juga telah membuat kehidupan sehari-hari mereka bahkan lebih buruk selama bulan-bulan musim panas kali ini, pada saat harga tabung gas untuk memasak melonjak 50 kali lipat.

Ini sangat menyiksa selama bulan Ramadhan ketika umat Islam tidak makan dan minuman dari fajar hingga senja dan akan berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama sewaktu "iftar".

"Sejak awal Ramadhan (pekan lalu), kami telah berbuka puasa dengan cahaya lilin," kata Ahmad, saat ia berbelanja di sebuah pasar di daerah barat ibukota.

"Kita bisa hidup tanpa pendingin udara tetapi tidak tanpa lemari es," katanya.

Bahkan sebelum Ramadhan dimulai pada tanggal 1 Agustus lalu, Ahmad sengaja menyimpan banyak makanan untuk memastikan akan ada banyak orang yang akan berada di meja saat berbuka puasa.

"Tetapi banyak dari makanan yang kami simpan di dalam freezer telah membusuk," katanya dengan sedih.

Di seberang kota, di pinggiran timur Janzur, Khalid (20 tahun) mengeluhkan kekurangan air.

Penduduk Tripoli biasanya menerima air beberapa jam seminggu yang disimpan dalam tangki di atap rumah mereka, dengan sistem pompa untuk memastikan aliran air mengalir ke dalam rumah.

Tetapi pemadaman listrik menyebabkan pompa listrik mati sehingga dan kran kering.

Dan untuk menemukan tabung gas untuk memasak di Tripoli bukanlah tugas yang mudah. Beberapa tabung gas yang tersedia harganya mencapai $ 50, dibandingkan dengan satu dolar sebelum pemberontakan anti-rezim pecah pada bulan Februari lalu.(fq/afp)