Lagi, Siswi Berjilbab Diusir dari Arena Pertandingan Bola Basket

Masalah jilbab kembali mencuat di AS, setelah seorang siswi sekolah menengah dari Hagerstown bernama Maheen Haq, 13, dikeluarkan dari lapangan pertandingan bola basket karena mengenakan jllbab.

Insiden itu terjadi pada Sabtu (15/1) saat berlangsung Liga Bola Basket Puteri di Mid-Maryland. Ketika pertandingan baru setengah jalan, seorang wasit memanggil Haq dan memintanya keluar lapangan dengan alasan Haq mengenakan jilbab yang bisa membahayakan keselamatan.

Direktur Regional Liga Lou Bachtell yang datang ke tempat pertandingan bukannya membela Haq, malah mendukung keputusan wasit. Ia memanggil Presiden Liga Jim Shannon dan memerintahkan agar larangan ikut pertandingan terhadap Haq disetujui.

Sikap wasit dan para pejabat Liga Bola Basket Puteri itu membuat kedua orang tua Haq kesal, namun mereka tidak mengajukan protes terhadap keputusan wasit. Sejumlah orang tua yang menyaksikan pertandingan dan melihat insiden itu juga ikut kesal. Sebagai bentuk solidaritas terhadap Haq, mereka melakukan aksi walk-out dan menarik puteri mereka dari pertandingan.

"Puteri saya sangat kecewa dan saya tidak mau ada anak lain yang juga kecewa," kata ibu Haq. Ia mengatakan bahwa puterinya memutuskan mengenakan jilbab saat masih duduk di kelas empat. Ibu Haq akhirnya juga mengenakan jilbab untuk mendukung keputusan Haq mengenakan jilbab.

Kordinator Liga Daphnie Campbell menilai wasit sudah mengambil keputusan yang benar. Ia menilai jilbab yang dikenakan Haq saat bertanding basket bisa menimbulkan bahaya. "Jika ada seorang pemain yang memegang jilbab Haq lalu menariknya, sangat mungkin lehernya akan cedera dan mematahkan tangan pemain lainnya," kata Campbell. Ia membantah tudingan bahwa pihaknya telah melakukan diskriminasi terhadap Haq

Sikap para pengurus Liga sebenarnya bertentangan dengan aturan seragam olahraga yang ditetapkan oleh National Federation of State High School Associations yang membolehkan seorang pemain mengenakan topi atau penutup kepala saat pertandingan bola basket, jika penutup kepala itu digunakan karena alasan agama atau karena alasan medis.

Juru bicara Council on American-Islamic Relations (CAIR) Amina Rubin mengkritik sikap para pejabat Liga terhadap Haq. "Jilbab bukan persoalan dimana seseorang bisa melepaskannya begitu saja demi sebuah pertandingan," ujar Rubin.

"Ketika seseorang sudah memutuskan mengenakan jilbab, itu merupakan bagian penting bagi jati diri mereka ketika keluar rumah dan berada di tengah publik," tukasnya.

Juru bicara CAIR lainnya, Ibrahim Hooper mengatakan, jilbab dalam olahraga memang masih menjadi isu lokal dan isu internasional yang penting. Tahun lalu, federasi sepakbola dunia, FIFA, melarang tim sepakbola perempuan Iran ikut dalami ajang Olimpiade Pemuda karena para pemainnya mengenakan jilbab.

Di sisi lain, seorang muslimah berjilbab yang memperkuat tim basket "Lady Tigers" University of Memphis, bernama Bilqis Abdul Qaadir menyatakan bahwa ajaran agama tidak menjadi penghalang seorang perempuan yang ingin terjun ke dunia olahraga. Bilqis mengganti jilbab yang dikenakannya dengan topi penutup kepala saat bertanding basket.

"Banyak anak muda Muslim yang ingin terjun ke dunia olahraga, dan masalah jilbab tidak akan menghentikan mereka melakukan apa yang mereka inginkan," tukas Bilqis. (ln/abc)