Lebih 40 Orang Tewas di Kyrgyzstan

Kekacauan terjadi di Kyrgyzstan, akibat pertarungan antara kelompok anti pemerintah dengan polisi. Diberitakan lebih 40 orang yang tewas, akibat bentrok antara gerakan anti pemerintah dengan polisi. Di jalan-jalan korban bergelimpangan.

Polisi dengan menembakkan gas air matan dan granat berusaha membubarkan aksi anti pemerintah yang membuat kekacauan di pusat ibukota negara itu. Bentrok tak dapat dihindarkan, di mana para aksi demonstrasi yang jumlahnya ribuan orang itu harus berbaku hantam dengan aparat kepolisian. Rabu, kemarin, merupakan hari yang paling buruk bagi Kyrgyzstan, di mana negara dalam keadaan lumpuh.

Selain menewaskan lebih dari 40 orang demonstran, lebih 142 orang yang mengalami luka-luka. Tetapi, para pejabat mengatakan, jumlah yang tewas mencapai 50 orang. Sementara itu, pihak oposisi menyatakan, jumlah yang tewas lebih dari 100 orang.

Negara bekas Uni Soviet dengan jumlah penduduk 5.3 juta itu, menghadapi pemerintahan yang keras (otoriter) di bawah Presiden Kurmanbek Bakiyev, dan tidak mau kompromi dengan tuntutan para demonstran. Dengan menggunakan gas air mata, granat, dan senjata otomatis, polisi dan militer negeri menghadapi para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Bakiyev.

"Kami hampir memiliki kesepakatan dengan pemerintah, dan berjanji akan mengundurkan diri. Tetapi ini tidak tertulis dalam kertas", ujar Galina Skripkina, seorang pejabat oposisi dari Partai Sosial Demokrat, yang juga menjadi anggota parlemen, kepada Reuters.

Presiden Bakiyev meninggalkan kota dan terbang menuju ke kota bagian selatan Osh. "Bakiyev telah terbang dari Bishkek menuju Osh", ujar Galina. Pihak oposisi telah memegang kendali sepenuhnya atas situasi dan kekuasaan", ujar Roza Otunbajeva, kepada berita Rusia, RIA.

Sebelumnya, Perdana Menteri Kyrgyzstan, Daniyar Usenov, telah mundur akibat tekanan para demonstran, dan Usenov telah dijuluki sebagai ‘bandit’. Di kota Talas, Kyrgyzt, Deputi Pertama Perdana Menteri, Aklybek Japarov, dan Mendagri, Moldomusa menderita luka parah, dan mereka dipaksa oleh para demonstrasi berteriak : "Turun Bakiyev".

Kekuasaan yang sangat dicintai para penguasa, akhirnya runtuh bersama dengan kemarahan rakyat, yang sudah muak dengan penguasa, yang lalim. (m/wb)