Jerman akan memberikan bantuan persenjataan berupa kapal selam nuklir pada Israel. Dengan tambahan satu kapal selam baru yang diberi nama "Dolphin" itu, Israel memiliki enam kapal selam nuklir yang sebagian besar pemberian dari pemerintah Jerman.
PM Israel Benjamin Netanyahu dan Kanselir Jerman Angela Merkel membahas tentang penyerahkan "Dolphin" dalam rapat kabinet bersama yang berlangsung di Jerman, Senin (18/1). Sementara Netanyahu dan Merkel melakukan pembicaraan. Di luar gedung tempat mereka bertemu, para aktivis pro-Palestina termasuk kelompok Yahudi Ortodoks melakukan aksi unjuk rasa. Mereka membawa spanduk bertuliskan "Yudaisme Yes. Zionisme No!" dan mengecam blokade Israel terhadap warga Gaza.
Kapal selam nuklir buatan Jerman itu mampu mengangkut enam torpedo berukuran 553 mm dan 4.648 tabung untuk menembakan misil-misil yang bisa mencapai jarak seribu mil. Kepemilikan armada tempur berkekuatan nuklir ini bukti nyata bahwa rejim Zionis itu memang sudah menimbun dan mengembangkan persenjataan nuklir.
Israel juga diketahui membuat misil-misil berkepala nuklir yang bisa diluncurkan dari kapal-kapal laut, di instalasi nuklirnya di Dimona. Namun Israel tetap menolak untuk menandatangani kesepakan non-proliferasi (Nuclear Non-Proliferation Treaty-NPT) seperti negara-negara lainnya yang mengembangkan fasilitas nuklir. Rejim Zionis itu juga selalu menolak pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang mengawasi pengembangan fasilitas nuklir negara-negara di dunia. Lucunya, Israel begitu geram melihat Iran mengembangkan fasilitas nuklir yang akan digunakan sebagai sumber energi.
Israel mengklaim persenjataan yang diberikan oleh sejumlah negara sekutunya adalah untuk "melindungi negara Yahudi itu dari serangan Iran". Tapi para pengamat internasional mencurigai ada tujuan yang lebih besar dari penjualan dan perjanjian bantuan persenjataan yang dilakukan oleh Eropa, AS dan Israel. Mereka menduga Israel sedang membuat sebuah benteng pertahanan militer untuk Eropa dan bertindak seolah-olah Israel adalah anggota dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Awal bulan ini, Israel mengumumkan bahwa rejim Zionis itu sukses melakukan uji coba apa yang mereka sebut sistem pertahanan "Kubah Besi" dan uji coba terhadap sistem anti-misil jarak menengah. Sistem anti-misil itu dibuat atas kerjasama dengan AS yang memberikan bantuan penuh berupa uang senilai 100 juta dollar pada Israel untuk membuat sistem pertahanan missil Arrow 3.
Lembaga think-tank Global Research hari Minggu kemarin mengeluarkan laporan yang mengungkap puluhan dokumen strategis hasil pertemuan dan kesepakatan senjata yang menunjukkan bahwa Israel sedang membangun persenjataan yang sangat besar dan melebihi proporsi secara global. Dengan demikian, tak berlebihan jika Israel disebut sebagai ancaman sesungguhnya bagi perdamaian dunia. (ln/imemc)