Mahasiswa India 'Paksa' Dosen Wanita Harus Bercadar

Berbeda dengan Suriah yang memecat ribuan guru karena bercadar, atau berbeda dengan Mesir yang melarang para mahasiswinya masuk ke lingkungan kampus dengan bercadar dan berbeda juga dengan maraknya keluar UU yang melarang kaum muslimah bercadar tampil di depan umum, di salah satu bagian negara India hal tersebut malah bertolak belakang dengan kejadian yang terjadi di belahan dunia lain.

Mahasiswa di universitas Islam di India timur menolak untuk mengizinkan seorang dosen wanita untuk mengajar kecuali dia memakai cadar, kata seorang dosen Kamis kemarin (29/7).

Serikat mahasiswa telah memerintahkan semua mahasiswi perempuan dan semua dosen perempuan di kampus kecil Kalcutta di Aliah University di wilayah Asia Selatan untuk memakai burqa/cadar.

Sirin Middya, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang Muslim yang taat, mengatakan dia diangkat pada bulan Maret lalu sebagai dosen tapi belum diizinkan untuk mengajar di kelas sejak dia menolak untuk mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh dan wajahnya.

"Para mahasiswa telah mengancam kami dan memasang spanduk yang mengatakan mereka yang menentang aturan burqa silahkan pulang," kata Middya.

Hampir seperempat dari penduduk negara Benggala Barat, di mana universitas itu berada, adalah Muslim, dan burqa adalah pemandangan umum di lingkungan wilayah yang mayoritas Islam tersebut.

Namun pakaian bercadar seperti ini sebenarnya agak langka di banyak wilayah India, yang didominasi oleh umat Hindu, dengan minoritas Muslim yang besar, dan hal tersebut tidak biasanya menyebabkan kegemparan. Tidak seperti di Barat, di mana pemerintah telah bergerak untuk melarang burqa, pakaian muslim yang telah menjadi sumber perdebatan publik.

Middya mengatakan ia telah disewa untuk mengajar bahasa Bengali di kampus kota tetapi juga telah membantu sebagai pustakawan di pinggiran kampus yang terpisah dari universitas untuk tiga bulan terakhir.

"Saya tidak punya masalah mengenakan burqa, tapi ketika saya memakainya, maka itu harus didasarkan oleh keinginan saya sendiri," kata Middya.

Middya mengatakan dia telah menulis surat kepada otoritas kampus dan menteri pendidikan Benggali barat untuk campur tangan setelah tahun ajaran baru yang dimulai pada bulan Juli ini.

Pihak berwenang universitas belum bersedia memberikan komentar atas kasus ini. Namun, Wakil Kanselir Syed Shamshul Alam mengatakan kepada surat kabar India Express bahwa mereka telah meminta guru untuk pindah ke kampus lain. "Ini adalah insiden yang nyasar … ada peraturan berpakaian di universitas kami," Kata Alam.(fq/abcnew)