Masjid-Masjid di UAE akan Gunakan Bahasa Inggris untuk Khutbah Jumat

Para ulama di Uni Ermirat Arab (UAE) melakukan terobosan untuk membenahi peribadahan dan pelayanan di masjid-masjid di negara itu, antara lain menggunakan bahasa Inggris dalam menyampaikan khutbah Jumat.

Para ulama mengusulkan hal tersebut dalam loka karya para ulama di UAE yang diselenggarakan oleh Otoritas Urusan Agama Islam. Penggunaan bahasa Inggris dalam khutbah Jumat akan dilakukan di masjid-masjid tertentu di seluruh wilayah keemiratan, setelah kebijakan yang sama sukses dilakukan di sejumlah masjid di ibukota UAE dan kota-kota lainnya.

Selain itu, loka karya para ulama UAE memutuskan untuk memperpendek jeda waktu antara azan dan pelaksanaan salat, memasang layar-layar LCD di mimbar, yang berperan seperti telepromter agar para imam membacakan naskah khutbahnya lewat layar LCD tersebut daripada membacanya dari selembar kertas yang ia bawa.

Otoritas Urusan Agama Islam UAE menyatakan akan menerapkan semua keputusan lokakarya itu secepatnya, sebagai bagian dari perayaan hari jadi UAE yang ke-39. Direktur Jenderal Otoritas Urusan Agama Islam yang sekaligus mengetuai loka karya itu, Dr Mohmmad Mattar Al-Kaabi mengatakan, pihaknya akan melakukan sosialisasi dan melakukan komunikasi yang intensif dengan imam masjid di seluruh UAE agar mereka bisa menerapkan kebijakan itu dan membantu mereka untuk meningkatkan performa mereka saat berdakwah.

Al-Kaabi juga mengatakan, kebijakan untuk memperpendek jeda waktu antara azan dan pelaksanaan salat, yang bisa mencapai 15 sampai 20 menit di beberapa masjid, akan dikurangi menjadi hanya 5 menit saja. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran mereka yang masih berada di pasar, mall atau di jalan saat menjelang waktu salat.

Kebijakan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam khutbah Jumat, mendapat sambutan positif dari komunitas Muslim non-Arab di UAE. "Saya pikir kebijakan seperti ini penting, karena agama Islam bukan agama regional tapi agama global. Karena banyak ekspatriat di UAE yang bisa bahasa Inggris, akan sangat indah jika Islam disampaikan dalam bahasa Inggris sehingga bisa dimengerti oleh mereka yang non-Arab," kata Asad Rifaat, muslim non-Arab asal Maroko.

Menurutnya, banyak muslim non-Arab di UAE yang merasa terasing karena mereka seperti terputus dari masyarakat Musim pada umumnya karena kendala bahasa. "Khutbah Jumat bisa saling mendekatkan anggota masyarakat, tanpa melihat latar belakang kebangsaannya," sambung Rifaat.

Shahnawaz Alam, warga UAE asal India setuju dengan pendapat itu. Ia menilai penggunaan bahasa Inggris dalam khutbah Jumat akan membantu lebih banyak orang agar memahami Islam dengan lebih baik. "Saya duduk dan mendengarkan kata-kata yang tidak saya pahami. Jika bahasa Inggris digunakan, saya yakin akan membawa perubahan, khususnya bagi kami yang non-Arab," ujarnya.

Otoritas Urusan Agama Islam UAE melakukan kordinasi dengan departemen pemerintahan terkait, institusi swasta dan perusahaan-perusahaan besar di negara emirat itu secara langsung membantu pengelolaan masjid-masjid dan menawarkan mereka bimbingan keagamaan serta imam-imam yang bisa dipilih. (ln/KT)