Menlu Israel Mengakui Ketangguhan Hamas

Menlu Israel Tzipi Livni mengakui ketangguhan Hamas. Dalam wawancara dengan majalah Jerman Der Spiegel, Livni mengatakan bahwa militer Israel belum berhasil menghancurkan Hamas meski serangan ke Jalur Gaza sudah berlangsung selama 19 hari.

Livni yang pernah menjadi agen Mossad itu mengklaim bahwa militer Israel "baru sukses melemahkan dan memberikan pukulan yang keras" pada Hamas tapi belum berhasil menumbangkan Hamas.

"Tujuan kami adalah memulihkan kemampuan kami dalam melakukan pencegahan tembakan roket dari Gaza. Mereka akan berpikir dua kali sebelum berani menembakkan roketnya ke Israel," kata Livni meski pada kenyataannya, tentara-tentara Zionis yang dikerahkan ke Jalur Gaza hanya mampu membantai warga sipil Gaza termasuk perempuan dan anak-anak.

Atas banyaknya jumlah korban di kalangan warga sipil Palestina, Livni berkomentar,"Kita harus seimbang antara perang melawan teror dengan situasi kemanusiaan. Israel melakukan hal itu. Kami telah membuka koridor untuk kemanusiaan."

Meski fakta di lapangan yang terjadi, alih-alih memberi kesempatan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza, tentara-tentara Zionis malah menembaki dan membombardir pekerja bantuan kemanusiaan, klinik-klinik medis, rumah sakit, ambulance bahkan menghalang-halangani tim kemanusiaan yang ingi mengevakuasi korban.

Menurut Palang Merah Swedia hari Selasa kemarin, tentara-tentara Israel dengan sengaja menembaki petugas palang merah yang sedang bertugas.

Sementara itu, di kalangan pejabat pemerintahan Israel sendiri mulai terjadi perpecahan tentang serangan brutal Israel ke Jalur Gaza. Tiga arsitek serangan Israel ke Gaza, Perdana Menteri Ehud Olmert, Menteri Pertahanan Ehud Barak dan Menlu Tzipi Livni berbeda pendapat tentang bagaimana perang akan berlanjut.

Ehud Olmert menginginkan perang dilanjutkan, karena operasi militer itu belum mencapai tujuan. Barak mengatakan operasi militer ke Gaza sudah berhasil mencapai tujuan utama mereka memberangus Hamas dan mengembalikan kekuatan Israel. Barak juga mengatakan pengerahan pasukan ke Gaza bisa diperpanjang, jika perlu sampai satu tahun.

Livni sepakat dengan Barak. Menurutnya, operasi militer ke Jalur Gaza selayaknya sudah dihentikan atau paling tidak dihentikan sementara tanpa adanya kesepakatan.

Di Israel, sekitar dua ribu orang hari Minggu kemarin berunjuk rasa di depan gedung kementerian pertahanan Israel di Tel Aviv. Mereka menyerukan agar Israel mengkaji kembali kebijakan militernya di Gaza. Para pengunjuk rasa itu juga mengungkapkan kekhawatiran mereka pada nasib prajurit-prajurit Israel dan tembakan roket balasan dari Jalur Gaza. (ln/prtv)