Setelah mengakhiri masa jabatannya sebagai Ketua Lembaga Energi Atom Internasional (IAEA), Mohammad ElBaradei kembali ke tanah kelahirannya di Mesir. Pemenang hadiah Nobel Perdamaian tahun 2005 itu rencananya akan terbang ke Kairo malam ini, Jumat (19/2). Namun pemerintah Mesir nampaknya tidak menyukai kepulangan ElBaradei dan melarang segala bentuk kegiatan yang melibatkan massa untuk menyambut kedatangan ElBaradei di bandara.
Sumber-sumber di keamanan Mesir mengungkapkan bahwa pemerintahan Husni Mubarak memberlakukan larangan itu dengan alasan untuk mencegah "unjuk rasa ilegal" yang dilakukan para pendukung ElBaradei. Sebelumnya, aparat Mesir menangkap dua anggota kelompok oposisi "Gerakan 6 April" yaitu Ahmed Maher dan Amr Ali karena menyiapkan acara penyambutan untuk ElBaradei dan menyebarkan selebaran berisi ajakan untuk menghadiri acara tersebut.
ElBaradei menjadi perhatian pemerintah Mesir karena pernyataan-pernyataannya yang menyerukan reformasi di Mesir. Sejumlah kalangan di Mesir bahkan menginginkan ElBaradei untuk ikut mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dalam pemilu tahun depan.
Dalam beberapa wawancara dengan media massa, ElBaradei mengisyaratkan bahwa siap ikut serta dalam pemilu presiden di Mesir, berhadapan dengan Husni Mubarak yang sudah berkuasa selama 29 tahun di Negeri Piramida itu. Tapi ElBaradei mensyaratkan harus ada reformasi politik dan institusi-institusi di Mesir untuk menjamin terlaksananya pemilu yang bersih.
ElBaradei harus memenuhi ketentuan Undang-Undang Pemilu di Mesir jika ingin menjadi kandidat presiden. Aturan hukum di Mesir menyebutkan bahwa seorang kandidat presiden harus dari anggota partai yang sah di Mesir. Sementara ElBaradei tidak berafiliasi dengan partai manapun di Mesir. Media-media pemerintah Mesir bahkan menuding ElBaradei tidak peduli dengan masalah dalam negeri Mesir selama ia berada di luar negeri karena menjabat sebagai ketua IAEA. (ln/mol)