Mufti Rusia, Ravil Gainutdin mengecam keras adanya laporan yang menyatakan telah berkembangnya sentimen anti-Islam dan xenophobia di masyarakat Rusia dan menyerukan otoritas yang berwenang serta petinggi agama lain serta media untuk mengatasi fenomena anti-Islam dan Xenophobia ini.
Mufti mengatakan hal tersebut dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh media Timur Tengah bahwa konfrontasi yang terjadi selama beberapa hari terakhir di Rusia dan disertai dengan tindak kekerasan, harus ada penghukuman yang berat oleh petinggi dari semua agama yang ada di Rusia.
Dia menambahkan bahwa peristiwa yang menyangkut anti-Islam ini menunjukkan tingkat yang tidak dapat diterima yang terjadi di masyarakat Kaukasus dan imigran yang ada di Rusia.
"Pemerintah harus memberi perhatian khusus yang sesuai dengan tren nasional dan untuk segera mengatasi xenophobia ekstrim," kata Ravil.
Mufti Ravil juga meminta kepada para pejabat dan media Rusia agar tidak menuangkan bahan bakar di atas api yang dapat memicu xenophobia dan mengkampanyekan prasangka buruk yang kadang-kadang menarik secara terbuka para pemuda untuk melakukan tindakan kekerasan yang tercela.
Sebelumnya Sabtu lalu sekitar seribu orang suporter sepak bola berkumpul di Kremlin untuk memprotes pembunuhan terhadap salah satu rekan mereka selama pertandingan bola dengan sekelompok warga Kaukasia.
Awalnya mereka bentrok setelah salah satu kelompok suporter Rusia menyanyikan lagu rasis dan memuji Nazi sehingga menyebabkan bentrokan yang menyebabkan hampir empat puluh orang terluka.
Keesokan harinya sekitar 15 pemuda memukul seorang warga Kyrgyzstan sehingga menyebabkan kematiannya.
Selasa kemarin (14/12) terdapat adanya laporan yang menyerukan melalui internet agar warga Rusia dan Kaukasia berkumpul di Moskow dalam rangka untuk melawan imigrasi ilegal.
Polisi pada Senin malam segera menutup wilayah sekitar Lapangan Merah di Moskow untuk menghindari bentrokan antar kelompok.(fq/imo)