Mursi, Kebijakannya Yang Tidak Dihendaki Barat

Selama konflik di gaza dan upaya Kairo untuk meredakan krisis tersebut, presiden Mesir Mohamed  Mursi, dihadapkan sebuah dilema yaitu mengembalikan Mesir  untuk peran utamanya dalam konflik ini, dan menjaga kepentingan strategis rakyat Mesir serta pembangunan ekonomi negaranya.

Presiden Mursi, telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina di jalur Gaza.

Tentang  peran Mesir dalam krisis saat ini, Fawaz George, seorang profesor hubungan internasional di Universitas London mengatakan,”Mesir memainkan peranan penting terutama dalam permainan diplomatik saat ini.”

Afiliasi Mursi dalam Ikhwanul Muslimin memberikan kesempatan dirinya untuk mempengaruhi hamas, yang sama sekali belum pernah dilakukan oleh pendahulunya Husni mubarak yang lebih loyal terhadap Militer dan lebih banyak “bekerja” untuk menghancurkan gerakan islam selama masa pemerintahannya.

George berkata,”Hamas mendengarkan Mursi, dan saat ini Hamas lebih condong ke Mesir, sebab itulah Mesir muncul sebagai negara yang paling penting kaitannya dengan Hamas dan Gaza.”

Dalam Konteks upaya Mesir untuk menenangkan situasi di Gaza, Mursi telah mengirim kepala Intelijen, muhammad Shehata, untuk menganbil alih upaya mediasi antara Hamas dan Israel setelah sebelumnya Mesir berperan penting dalam pembebasan tentara Israel, Gilad Shalit, yang disandera Hamas selama lima tahun.

Presiden Israel, Himod Perez, memuji upaya Mesir yang ia sebut “konstruktif”, dalam konfrensi pers bersama dengan sekretaris PBB Ban Ki-moon, selasa lalu.

Dari awal pengangkatan Mursi sebagai presiden kekhawatiran Barat telah muncul, karena ia pernah berjanji untuk membebaskan Ulama Mesir,Syeikh Umar Abdul Rahman, yang menjalani hukuman seumur hidup di Amerika, dan ia juga  mengadakan kunjungan ke Iran untuk berpartisipasi dalam KTT Non-Blok dan itu menjadikannya presiden pertama dari Mesir yang mengunjungi Republik Islam Iran sejak Revolusi 1979.

Namun dalam KTT tesebut ia menyetujui Platform untuk mengutuk keras rezim Suriah Presiden Bashar al-Assad, sekutu Iran yang paling menonjol, dan menyebutnya sebagai “rezim represif yang telah kehilangan legitimainya” dan menyerukan dukungan kepada oposisi Suriah dalam uapaya untuk menggulingkan Rezim al-Assad

Dengan pecahnya kekerasan dan Agresi di Gaza, Presiden Mursi langsung menyatakan bahwa Israel harus bertanggung jawab dan menyebut serangan Israel di jalur Gaza sebagai “Agresi terang-terangan pada kemanusiaan” dan kemudian menarik duta negaranya dari negara Yahudi dan juga mengirimkan perdana menteri, Hisham Qandil, untuk melakukan pembicaraan di Gaza.

Tapi hal itu membuatnya berada pada Posisi yang bertentangan denga Eropa dan Amerika Serikat, dimana telah memberikan manfaat ekonomi dan Militer untuk negaranya hingga hampir $1,3 miliar per tahun, terutama karena Washington dan barat telah menunjukkan dukungan mereka kepada Israel untuk hak membela diri.

Sebagaimana Mesir dangat membutuhkan Eropa untuk menghidupkan kembali Ekonomi negaranya yang sakit sejak revolusi yang menggulingkan Mubarak pada awal tahun 2011.

Namun upaya Mesir untuk mengakhiri kekerasan di Gaza, george mengatakan,bahwa” Mesir saat ini memiliki visi baru dan kebijaka luar negeri yang baru….Mesir saat ini menjadi Negara baru… negara yang beda dan memiliki perspektif multilateral yang berbeda pula” (hr/CNN)