Muslim India Terpaksa Gunakan Nama Hindu

India menjadi negara ketiga di dunia yang paling besar jumlah populasi Muslimnya, setelah Indonesia dan Pakistan. Jumlah Muslimin di negara mayoritas penganut agama Hindu itu sekitar 140 juta orang. Meski jumlahnya signifikan, kaum Muslimin India sejak lama mengalami penindasan dan diskriminasi di sektor sosial dan ekonomi.

India hanya memberikan prosentase yang kecil bagi kaum Muslimin yang ingin bekerja misalnya di kepolisian, kemiliteran, departemen pemerintahan bahkan untuk menjadi mahasiswa di universitas-universitas negeri. Akibatnya, tingkat pendidikan dan pengangguran di kalangan komunitas Muslim India cukup tinggi dibandingkan kelompok minoritas lainnya seperti kaum Kristiani dan Sikhs.

Di India, bisnis berlian menjadi bisnis yang menguntungkan. Tapi tidak mudah bagi Muslim yang ingin mendapatkan pekerjaan di industri yang dimonopoli oleh mayoritas Hindu India. Banyak Muslim yang terpaksa menggunakan nama Hindu agar bisa mendapatkan pekerjaan dalam industri ini.

"Kami sudah melakukannya sejak lama sekali, kami sangat berhati-hati agar nama asli dan alamat kami tidak terbongkar di tempat kerja. Kami akan kehilangan pekerjaan jika mereka tahu bahwa kami Muslim," kata Allarakha, seorang pekerja muslim yang ikut menggunakan nama Hindu.

Keluarga Mehboob Pathan yang Muslim, juga melakukan hal yang sama. Ia, anak lelaki dan anak perempuannya menggunakan nama Hindu agar mendapatkan pekerjaan. "Seperti saya, ayah juga menyembunyikan identitas agamanya hanya agar bisa mendapatkan pekerjaan," kata anak lelaki Pathan, Mushtaq yang menggunakan nama Hindu "Mukesh".

Tapi keluarga itu mengalami peristiwa pahit karena menggunakan nama Hindu. Ayah Mushtaq yang menggunakan nama Hindu "Jayenti Bhatti" suatu hari menghilang dan mereka melaporkannya ke aparat berwenang. Tragisnya, ketika ditemukan, ayah Mushtaq sudah tewas dibunuh karena masalah uang dan jenazahnya dikremasi karena dikira penganut agama Hindu.

Kenyataan itu membuat keluarga Mushtaq syok dan menyesalkan pihak kepolisian yang menkremasi jenazah ayahnya. "Penyelidikan telah mengindentifikasi bahwa ayah saya seorang muslim. Kami terlalu miskin untuk melakukan apapun," keluh Mushtaq.

Tapi kepolisian berdalih ketika memutuskan dikremasi, mereka tidak tahu bahwa ayah Mushtaq seorang muslim. "Keluarganya datang terlambat, kami tidak bisa berharap lagi," ujar seorang pejabat polisi. (ln/iol)