Muslim Rusia Bertahan Di Tengah Krisis Ekonomi Global

Rusia tak terhindar dari krisis ekonomi global yang melanda hampir seluruh negara di dunia. Sejumlah perusahaan besar di Rusia mulai menghadapi berbagai persoalan finansial.Industri otomotif VAZ kebanggan Rusia yang berbasis di kota Volzhsk, belum lama ini terpaksa mem-PHK ribuan pekerjanya dan hanya memberlakukan waktu kerja selama dua minggu dalam satu bulannya.

Industri pariwisata negeri ini juga terkena imbasnya. Sedikitnya, 10 persen perusahaan biro perjalanan di Rusia gulung tikar dan permintaan paket wisata dalam beberapa bulan terakhir menurun sampai 40 persen. Maskapai penerbangan kedua terbesar di Rusia, S7 juga diambang kebangkrutan. Lebih dari 28.000 perusahaan yang ada di Rusia juga sudah mengumumkan akan melakukan PHK karyawannya.

PHK besar-besaran yang mengancam para pekerja di Rusia sudah pasti akan menambah beban pengangguran negara itu, yang saat ini saja jumlahnya sudah mencapai dua juta orang. Beberapa sumber tidak resmi bahkan mempekirakan jumlah pengangguran di Rusia sudah mencapai enam juta orang. Kementerian Pembangunan dan Ekonomi Rusia memprediksi tingkat pengangguran akan meningkat hingga 7,5 persen pada tahun 2008. Itu artinya jumlah pengangguran di Rusia pada tahun ini bisa mencapai tujuh juta orang.

Warga Muslim minoritas yang tinggal di berbagai negara bagian Federasi Rusia, ikut terkena imbas krisis ekonomi global. Banyak warga Muslim yang jumlahnya meliputi 15 persen dari total penduduk Rusia, menjadi korban PHK yang terjadi beberapa bulan belakangan ini. Mereka tidak mampu lagi memberi makanan yang cukup untuk keluarganya. Apalagi keluarga Muslim di Rusia jumlahnya biasanya lebih besar dibandingkan keluarga non-Muslim.

Krisis ekonomi yang dialami keluarga-keluarga Muslim di Rusia ternyata ikut berpengaruh pada pola kehidupan mereka. Kareema, ibu tiga anak yang tinggal di Moskow mengungkapkan banyak diantara mereka yang merasa khawatir akan dampak krisis ekonomi global.

"Mereka yang kehilangan pekerjaannya atau gaji bulanannya berkurang, terpaksa mencari kerja sampingan yang begitu menyita waktu dan tenaga. Akibatnya, banyak Muslim yang jadi kurang berkonsentrasi untuk membaca buku-buku keislaman, al-Quran atau untuk sekedar datang ke masjid karena waktu mereka tersita untuk mencari nafkah," papar Kareema yang baru berusia 23 tahun.

Aslambek Ezhaev, direktur perusahaan percetakan "Ummah" di Rusia membenarkan pernyataan Kareema. Ia mengatakan, jumlah buku-buku keagamaan yang dicetak sudah mulai menurun sejak tahun 2008 dan penjualan buku-buku Islam menurun sekitar 30 persen sejak krisis melanda.

"Itu perkiraan rata-rata. Tapi ada buku-buku khusus yang penjualannya tidak terpengaruh oleh krisis, yaitu al-Quran dan buku-buku tafsir. Buku-buku tertentu tetap banyak peminatnya, misalnya buku berjudul "Benteng Keimanan" yang dicetak ulang setiap tiga bulan sekali," ujar Aslambek.

Untuk menyiasati biaya cetak, Aslambek mencari sponsor untuk buku-buku baru yang ingin diterbitkannya. Celakanya, banyak sponsor-sponsor potensial yang belakangan juga mengalami kesulitan finansial akibat krisis ekonomi. Hal semacam ini juga terjadi pada sejumlah negara yang memberikan beasiswa bagi mahasiswa Rusia. Al-Bukhari Educational Foundation di Malaysia misalnya, yang biasanya memberikan alokasi beasiswa untuk lima orang mahasiswa Muslim Rusia, tahun ini tidak memberikan beasiswanya.

Medina Kalimullina dari Departemen Hubungan Internasional organisasi Spiritual Board of Russia’s Muslims mengakui bahwa mahasiswa Muslim yang ingin belajar ke luar negeri jumlahnya menurun, meski tidak drastis. Banyak mahasiswa yang membatalkan rencana studinya ke luar negeri, terutama studi bahasa Inggris ke Malaysia.

Yang masih stabil hingga tahun 2008 adalah jumlah jamaah umrah Rusia, karena biaya umrah menurut Rushan Abbyasov dari Spiritual Board of Russia’s Muslims, masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sekitar 500 dollar. Sedangkan untuk paket haji, biaya sekitar 3.000 dollar. Meski demikian, jumlah jamaah haji Rusia pada tahun 2008 menurun dibandingkan tahun 2007. Dari 26.500 orang menjadi 25.838 orang.

Menurut Abbyasov, bisnis yang paling berat terkena dampak krisis global di Rusia adalah bisnis real estate. Akibat krisis, sejumlah restoran makanan halal di Rusia juga banyak yang tutup karena sepi pengunjung. Rima Yakupova, pemilik perusahaan katering halal "Dom Obedova" di kota Kazan, dengan berat hati terpaksa menjual perusahaanya pada pertengahan tahun 2008 lalu.

"Mereka yang membuka usaha restoran dan kafe harus mengetatkan ikat pinggang. Banyak teman-teman saya yang mengelola usaha catering, bangkrut. Prusahaan-perusahaan besar banyak yang mengetatkan pembiayaannya dan menghentikan pemberian makan siang untuk para pegawainya," kata Rima.

Hal serupa menimpa bisnis perhotelan di Rusia, termasuk hotel-hotel yang dikelola warga Muslim. Tapi di sisi lain, industri perbankan syariah justeru mengalami perkembangan di Rusia karena makin diminati masyarakat. Pendiri Russian Center for Islamic Economics and Finance (RCIEF), Linar Yakupov mengatakan, masyarakat melihat rapuhnya sistem perbankan konvensional oleh guncangan krisis sehingga mereka banyak yang beralih ke instrumen keuangan syariah.

RCIEF yang diresmikan pada bulan Oktober 2008 terus berusaha melakukan pendekatan pada pemerintah Rusia agar memberikan peluang bagi industri keuangan syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sistem keuangan yang aman dan kuat.

"Inilah saatnya Rusia mempertimbangkan industri keuangan alternatif, antara lain pendirian bank-bank islami di Rusia," tukas Yakupov. (ln/isol)