NATO Akhirnya Ambil Alih Kendali "No Fly Zone" Untuk Libya

Sekjen NATO mengatakan koalisi 28-anggota mereka telah sepakat untuk mengambil alih kendali menegakkan zona larangan terbang di atas Libya sedangkan AS tetap bertanggung jawab atas operasi militer.

Keputusan tersebut datang pada saat direktur dari Staf militer Gabungan AS, Laksamana Bill Gortney, mengatakan sebelumnya pada hari Kamis kemarin (24/3) bahwa Washington sedang bekerja sangat keras untuk menyerahkan kepemimpinan kebijakan koalisi dalam penerapan zona larangan terbang di atas Libya untuk beberapa entitas lain.

"Saat ini masih akan ada operasi koalisi dan operasi NATO," kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen di Brussels saat ia mengumumkan perjanjian menyusul empat hari pembicaraan maraton dalam menentukan siapa yang harus mengambil alih komando operasi pimpinan Amerika di Libya.

"Kami sedang mempertimbangkan apakah NATO harus mengambil tanggung jawab yang lebih luas sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, namun keputusan itu belum tercapai." Rasmussen menambahkan.

Para pejabat NATO mengatakan operasi koalisi sebagai bagian dari upaya untuk menegakkan zona larangan terbang yang diharapkan dapat dimulai dalam 48-72 jam. Sementara itu, para pejabat Pentagon mengatakan pada hari Kamis bahwa pesawat-pesawat tempur AS akan terus terbang di atas Libya.

Sebelumnya pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu menyatakan bahwa NATO akan mengambil komando penuh dari operasi militer yang sedang berlangsung terhadap Libya setelah tuntutan Ankara bertemu dalam negosiasi dengan Inggris, Perancis dan Amerika Serikat.

"Koalisi dibentuk setelah pertemuan di Paris dan akan menyerah misinya sesegera mungkin dan menyerahkan seluruh operasi untuk NATO dengan struktur perintah tunggal," kata Davutoglu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengklaim bahwa rezim angkatan udara Libya dan pertahanan udara Libya sebagian besar telah menjadi tidak efektif dan pasukan yang setia kepada penguasa Muammar Gaddafi semakin terdesak.

Berbicara di Departemen Luar Negeri, Clinton melanjutkan dengan mengatakan bahwa misi pesawat terbang AS telah menurun secara signifikan dibandingkan dengan meningkatnya jumlah penerbangan dari misi oleh negara-negara lain yang ikut berpartisipasi.(fq/prtv)