Orangtua Tristan Anderson Minta Tanggung Jawab Israel

Orangtua Tristan Anderson menuntut Israel agar bertanggung jawab penuh atas insiden penembakan yang dilakukan tentara Israel terhadap puteranya. Awal bulan Maret kemarin, seorang polisi Israel menembak Tristan tepat di bagian keningnya dengan tembakan gas air mata, saat aktivis perdamaian asal AS itu sedang melakukan aksi protes terhadap pembangunan dinding pemisah Israel di Tepi Barat.

Tristan kini dalam kondisi kritis dan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Tel Hashomer, Israel. Akibat tembakan itu Tristan mengalami perdarahan hebat dari hidung dan mulut dan mata kanannya buta. Sejauh ini Tristan sudah menjalani tiga kali operasi, namun tim dokter tidak bisa memastikan apakah Tristan bakal mampu bertahan hidup.

Para aktivis yang menjadi saksi insiden penembakan Tristan mengungkapkan, Tristan ditembak oleh polisi Israel dalam jarak dekat sekitar 60 meter saat mereka sedang melakukan aksi protes di Desa Nilin. Polisi Israel melepaskan tembakan untuk membubarkan para aktivis yang secara rutin melakukan aksi protes di desa itu, karena tembok pemisah yang dibangun Israel akan merampas sekitar 400 akre (sekitar 1.618.742 m2) tanah pertanian milik warga Palestina di desa itu.

Saat melakukan aksi unjuk rasa, kata para saksi mata, posisi Tristan agak jauh dari tembok pemisah, tidak melempar batu atau melakukan tindakan yang mengancam polisi Israel. Tapi polisi Israel tetap menembaknya dengan tembakan gas air mata dari jarak dekat.

Ibunda Tristan, Nancy Anderson mengungkapkan kegundahan hatinya mendengar berita yang menimpa puteranya. "Menembaki para pengunjuk rasa yang sedang melakukan aksinya dengan damai, sungguh mengerikan. Kami cuma minta pemerintah Israel secara terbuka menyatakan mau bertanggungjawab penuh atas insiden penembakan terhadap putera kami," kata Nancy.

Ia dan suaminya, Michael Anderson langsung terbang dari Sacramento, California ke Israel untuk menjaga puteranya di rumah sakit Israel. Sampai saat ini, tak satu pun pejabat Israel yang datang menemui mereka.

"Tristan selalu berminat dengan isu-isu bagaimana masyarakat di wilayah konflik menjalani kehidupannya dan mengatasi kesulitannya. Dia mencari pemahaman sendiri tentang konflik Israel-Palestina," jelas Michael Anderson.

Karena minatnya itu, Tristan kerap terlibat dalam aksi-aksi unjuk rasa untuk perdamain antara lain di Irak pada tahun 2003, El Salvador, Guatemala dan aksi unjuk rasa menentang World Bank dan IMF di Prague pada tahun 2000.

Michael Anderson, ayah Tristan, mengkritik kebijakan agresif dan buruknya moral Israel. "Kami hanya ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi dan kami menginginkan keadilan untuk putera kami," tukas Michael.

Pengacara Israel yang mewakili keluarga Tristan, Michael Sfard menyatakan sudah mengajukan protes resmi dan tuntutan agar pemerintah Israel melakukan penyelidikan atas insiden yang menimpa Tristan. Menurut Sfard, sejumlah pengamat hak asasi manusia punya bukti bahwa aksi demonstrasi yang dilakukan para aktivis saat Tristan ditembak, adalah aksi damai.

"Aparat polisi yang terlibat, baik yang menembak maupun yang memberi perintah harus mempertanggungjawabkannya di pengadilan kriminal," kata Sfard.

Sementara pihak Israel tetap menyalahkan Tristan karena ikut dalam aksi demonstrasi tersebut, tanpa menunjukkan rasa simpati sedikit pun pada keluarga Tristan. (ln/prtv)