Parlemen Inggris dan Pengamat Israel: Beri Kesempatan Pada Hamas

Pasca pembebasan Alan Johnston yang dianggap sebagai prestasi Hamas, parlemen Inggris dan sejumlah pengamat politik Israel mulai memunculkan ide untuk menjalin komunikasi dengan Hamas serta memberi “kesempatan” kepada Hamas.

Seperti disampaikan sejumlah anggota parlemen Inggris, mereka meminta pemerintahnya untuk menjajaki hubungan baru dengan Hamas. Ada 20 orang anggota legislatif Inggris dari berbagai partai dan aliran yang mengangkat isu ini dalam rapat paripurna. Mereka menyampaikan, dukungan internasional yang telah diberikan kepada Presiden Palestina Mahmud Abbas, jangan sampai memutus hubungan dengan Hamas.

Para anggota perlemen Inggris menyambut peran Hamas yang telah berhasil menjadi mediator dibebaskannya wartawan BBC, Alan Johnston dari pihak Jaisy Al-Islam setelah kurang lebih ditawan selama empat bulan. Menlu Inggris David Miliband menegaskan “peran penting” yang dimainkan PM Palestina tersingkir Ismail Haniyah dalam pembebasan Johnston.

Inggris, sebagaimana pemerintahan Barat, termasuk pihak yang menolak berinteraksi dengan Hamas dan bahkan menyepakati penerapan embargo ekonomi atas kabinet Hamas sejak Maret 2006. Kelompok negara Kwartet (AS, UE, Rusia dan PBB) membuat syarat khusus bagi Hamas bila ingin terbebas dari embargo, dengan meninggalkan perlawanan senjata, mengakui Israel dan komitmen dengan kesepakatan pemerintah Palestina sebelumnya dengan Israel dan dunia Internasional.

Sementara itu, pengamat Israel juga mulai memunculkan idenya untuk memberi “kesempatan” kepada Hamas, agar bisa menjalin kesepakatan lebih lanjut. Dengan tajuk, “Beri Kesempatan pada Hamas” dalam harian Yodiot Aharonot, Darur Zaeivi, pengamat politik terkenal Israel mengatakan, “Adalah salah bila memboikot Hamas. Lebih bijak bila diterapkan upaya untuk mendengarkan lebih dahulu apa yang diinginkan para petinggi Hamas dan berupaya menjalin kesepakatan dengan Hamas.”

Ia menambahkan, “Klaim-klaim yang beragam telah membuat kita buta untuk melihat sisi positif dari Hamas.” Menurutnya, Hamas kini hidup dalam kehidupan yang sangat sempit, dan para pemimpinnya juga sudah menegaskan untuk melakukan normalisasi hubungan dengan syarat pembukaan jembatan dan masuknya bantuan logistik ke wilaya Ghaza.

“Dalam pandangan saya, Hamas mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk berhasil karena keburukan sangat besar yang dilakukan Presiden Mahmud Abbas di Tepi Barat, ” tulisnya lagi. (na-iol)