Pembatasan Puasa Ramadhan atas Muslim Uighur dari Pemerintah China semakin Menjadi-jadi

uighur2Pemerintah China membatasi masuknya Muslim Uighur beribadah ke masjid dan melarang puasa pada siang harinya pada bulan suci Ramadhan mengundang kemarahan dari kelompok hak asasi manusia.

“Walaupun diluncurkan atas nama stabilitas dan keamanan, Beijing telah melakukan penindasan terhadap Muslim Uighur …,” Dr Katrina Lantos Swett, anggota  Komisi AS tentang Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF), seperti dikutip oleh The Muslim Village pada Senin, Juli 15.

Menjelang awal Ramadhan, pihak berwenang China telah memberlakukan pembatasan pada shalat di masjid-masjid dan mengganggu aktifitas puasa di siang harinya.

Menurut juru bicara Kongres Uighur Dunia , Dilxadi Rexiti, para pejabat pemerintah China telah berulang kali menggangu dengan memasuki rumah Muslim Uighur untuk menyediakan mereka dengan buah dan minuman pada siang hari dan  memaksa para keluarga Muslim itu  untuk membatalkan puasa Ramadhan mereka.

Rexiti menuduh juga pihak berwenang China  melarang penerbitan buku buku Islam dan tempat-tempat ibadah Muslim di bawah pengawasan ketat, termasuk pemantauan masjid di utara kota Karamay, Karamay Daily melaporkan.

Pembatasan tersebut berdasarkan laporan tahunan USCIRF,  mengatakan banyak Muslim Uighur mendapatkan  hukuman penjara hanya karena terlibat dalam kegiatan keagamaan.

Pegawai pemerintah, dosen dan mahasiswa juga didenda jika mereka terbukti berpuasa.

Laporan lain oleh Asosiasi Amerika Uighur yang berbasis di Washington (UAA) pada bulan April dikutip sebuah laporan dari pemilik restoran Muslim dari Hotan yang mengatakan bahwa setiap restoran yang lakukan penutupan pada bulan Ramadhan , bahkan untuk tutup karena perbaikan atau renovasi , selama bulan suci, akan didenda.

“Pembatasan agama yang sangat agresif dan mengganggu kehidupan pribadi Muslim  Uighur oleh pemerintah China hanya akan semakin memancing kemarahan rakyat Uighur,” kata Presiden UAA Alim Seytoff.

“Kekerasan bisa meletus lagi karena tindakan represif yang sistematis.” Alim Katakan.

Dengan menindak kekerasan berulang kali pada identitas Muslim Uighur, Cina telah memasuki “lingkaran setan” yang hanya menciptakan lebih kebencian. (OI.Net/Dz)